Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 100 fasilitator pembelajaran dan budaya baca dari tujuh provinsi dilatih melalui program USAID Prioritas, sebagai salah satu bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Tanah Air.
"Pelatihan fasilitator tingkat nasional ini merupakan bagian dari upaya kami untuk terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Sebelumnya para fasilitator nasional ini sudah dilatih dengan modul III dan mereka juga sudah melatih lebih dari 2.000 fasilitator daerah," kata Direktur Program USAID Prioritas Stuart Weston di sela-sela pelatihan tersebut di Denpasar, Selasa.
USAID Prirotas sendiri merupakan bagian dari kesepakatan antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia yang bekerja sama untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia yang didanai oleh USAID (United States Agency International Development).
"Pada pelatihan yang berlangsung selama tiga hari (15-18 Desember 2015), kami ingin meningkatkan kemampuan para fasilitator nasional yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi dan akan mendampingi lebih dari 1.000 sekolah dan madrasah mitra dari USAID Prioritas," ucapnya sembari menyebutkan peserta pelatihan berasal dari Aceh, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan
Ke depan, setelah kegiatan pelatihan diselesaikan, pihaknya akan memberikan lebih dari delapan juta buku bacaan berjenjang untuk 13.000 SD/MI untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.
Menurut Stuart, upaya mendorong tingkat kemampuan literasi siswa SD harus ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca dan guru harus didorong lebih kreatif sehingga strategi pembelajaran menjadi lebih bervariasi untuk memberikan kesempatan siswa membaca," ucapnya.
Dalam buku bacaan yang berjenjang yang diberikan USAID ke sekolah-sekolah itu sebelumnya dikembangkan oleh Yayasan Literasi Anak Indonesia. Buku tersebut dibuat berjenjang berdasarkan tingkat kemampuan membaca anak yakni mulai tingkat A (anak mulai belajar membaca) dan sampai tingkat F (anak sudah lancar membaca). "Dengan demikian, anak-anak menjadi lebih mudah belajar membaca dan lebih mudah memahami isinya," katanya.
Dia berpandangan selama ini banyak sekolah di Indonesia, jumlah buku-buku belajar membaca untuk kelas awalnya sangat terbatas. Di samping rata-rata buku yang ada juga tidak sesuai untuk siswa yang memang baru belajar membaca.
"Memang buku-buku yang sudah ada itu banyak gambarnya, tetapi tulisannya juga terlalu banyak sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik untuk belajar membaca," ucapnya.
Sedangkan khusus untuk di Bali, akan dipilih sebanyak 20 sekolah sebagai percontohan dari pengembangan budaya baca dan setiap sekolah akan mendapatkan sekitar 600 buku tersebut yang terdiri atas 75 judul.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikpora Bali I Nyoman Subrata di sela-sela membuka acara tersebut mengatakan sangat mendukung dengan pengembangan buku tersebut dan berharap supaya anak-anak SD terbiasa dan gemar membaca.
"Buku-buku sangat diperlukan sekali, apalagi dengan penerapan Kurikulum 2013, Untuk menunjang itu perlu penambahan buku bacaan terutama untuk sekolah dasar," ucapnya. (WDY)
"USAID Prioritas" Latih 100 Fasilitator Budaya Membaca
Selasa, 15 Desember 2015 13:52 WIB