Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengklaim bahwa pihaknya berhasil mengembangkan sistem pertanian dalam kota atau "urban farming" yang diaplikasikan di beberapa instansi termasuk lembaga setempat.
"Pelatihan `urban farming` dalam rangka pengendalian inflasi daerah dan mendukung program ketahanan pangan dari pemerintah," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Kegiatan yang diinisiasi oleh bank sentral itu mulai dilakukan awal Agustus 2015 ini telah menuai keberhasilan di enam lokasi percontohan "urban farming" yakni di PKK Kota Denpasar, Koramil 1616-03/Tampaksiring, Lembaga Pemasyarakatan Gianyar, PKK Kabupaten Klungkung, Klaster Padi Kelompok Pulagan dan areal kantor BI Provinsi Bali.
Salah satu keberhasilan ditunjukkan di Lapas Gianyar dengan memanen lebih dari 50 kilogram yang terlihat segar dan lebih besar dibandingkan dengan yang ada di pasaran.
Pihak lapas setempat menyediakan lahan seluas 1x50 meter itu selain ditanami sayur hijau juga beberapa tanaman bumbu dapur di antaranya cabai, tomat dan terong yang juga telah telah berbuah.
Dalam pengawasan dan pemeliharaan, dibuat kelompok piket yang secara rutin melakukan penyiraman.
Melihat keberhasilan ini, pihak lapas berencana untuk menambah lahan "urban farming" dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong lain seperti parit dan area lainnya.
"Urban farming" juga telah direplikasi di dua lokasi lain yaitu di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Kelompok Desa Kintamani, Kabupaten Bangli.
Masyarakat juga diharapkan menerapkan program serupa karena bisa dilakukan dengan mudah dengan oeralatan berupa pipa paralon dan tidak memerlukan lahan besar.
Dewi mengharapkan "urban farming" dapat menekan inflasi yang biasanya bersumber dari sejumlah kebutuhan pokok yang harganya kerap bergejolak, misalnya beras, cabai, bawang merah, bawang putih, sayur mayur, bumbu dapur dan lainnya.
Selama dua tahun terakhir, BI Bali mencatat komoditas beras menyumbang inflasi sebanyak enam kali dan cabai rawit sebanyak 13 kali inflasi. (WDY)