Singaraja (Antara Bali) - Yayasan Destawan Buleleng, Bali gencar mempublikasikan sejarah kedua orang tua Proklamator Kemerdekaan RI, Soekarno yakni Ida Ayu Nyoman Rai Srimben dan Soekeni, yang sempat tinggal di Kelurahan Bale Agung, Kota Singaraja.
"Sampai saat ini pemahaman publik tentang andil dua sejoli, Srimben dan Soekeni terhadap sejarah lahirnya bangsa Indonesia masih sangat minim," kata Dewa Sukrawan, Ketua Yayasan Destawan di Singaraja, Senin.
Ia menjelaskan, pihaknya berencana membuat fragmentasi cerita kisah asmara keduanya, sehingga masyarakat akan lebih mengenal sosok kedua orangtua salah satu putra terbaik Bangsa Indonesia itu.
"Kami berencana membuat semacam pementasan dan fragmen cerita sehingga mudah dicerna oleh semua kalangan masyarakat tanpa kecuali," kata dia.
Selain itu, mantan Ketua DPRD Buleleng ini menambahkan, pilihanya juga berencana membuat yayasan baru untuk mengenang jasa kedua orang tua Bung Karno.
Keberadaan yayasan baru diharapkan sebagai penggerak utama dalam hal perencanaan dan publikasi kisah kedua orang tua "Sang Fajar" di "Bumi Panji Sakti" ini," kata dia.
Ia melanjutkan, sejarah lahirnya bangsa Indonesia tidak terlepas dari Banjar Bale Agung, karena dari sanalah lahir bibit-bibit asmara dari Srimben, keturunan warga Pasek, anak kedua dari pasangan I Nyoman Pasek dan Ni Made Liran yang lahir pada 1881.
Diceritakan, saat menginjak remaja ia mengenal Soekeni, seorang guru SD Paket Agung yang tinggal di sebuah rumah kos tidak jauh dari rumah Srimben, sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan asmara.
"Meski suku, agama dan istiadat keduanya berbeda, tidak mengahalangi keduanya untuk bersatu, Bung Karno pun lahir dari pasangan ini saat Soekeni ditugaskan di Surabaya." kata dia.
Lebih lanjut, ia memaparkan, sosok kedua orang tua yang berasal dari suku dan agama berbeda inilah mempengaruhi pemikiran Soekarno tentang nasionalisme.
"Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, agama dan adat istiadat yang berbeda, sehingga nasionalisme inilah yang melahirkan istilah Bhineka Tunggal Ika," imbuhnya. (WDY)
Yayasan Destawan Gencar Publikasikan Sejarah
Senin, 24 Agustus 2015 10:10 WIB