Nusa Dua (Antara Bali) - Sebuah tarian asal Provinsi Papua, "Velabhea", yaitu tarian yang mengisahkan perang suku di Sentani mampu memukau mengunjungi ajang "Nusa Dua Fiesta", yang berlangsung selama lima hari hingga 19 Oktober 2010.
Koordinator Sanggar Seni Okina Sentani, Corry Ohey, di Nusa Dua, Bali, mengatakan, dalam cerita tarian tersebut mengisahkan peperangan terjadi tanpa henti-hentinya, masing-masing kelompok mempertahankan diri untuk membela kelangsungan sebuah suku yang tinggal di wilayah sekitar Danau Sentani.
"Pada saat berperang, mereka dilengkapi dengan senjata khas, seperti panah, parang dan tombak. Perang yang berlangsung siang hingga malam itu pun akhirnya menimbulkan beberapa korban jiwa," tutur Corry Ohey, yang juga pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sentani itu.
Tari ini diangkat dari sebuah cerita kehidupan orang-orang Sentani yang tinggal di pinggiran danau, dan di desa itu kerap terjadi perang saudara.
"Dari cerita itulah muncul sebuah garapan tari yang dicetuskan para seniman Papua hingga menjadi ikon budaya Sentani hingga kini," ujarnya.
Tarian yang unik tersebut, dilengkapi dengan kostum Papua, yang didominasi bulu-bulu dan pernak-pernik khas Papua, seperti bulu Cenderawasih serta dipadukan dengan iringan musik tradisional Papua mampu menyedot perhatian warga masyarakat maupun wisatawan asing yang memadati area Pulau Peninsula, Nusa Dua.
Dikatakannya, dalam garapan tarian ini dibawakan sebanyak 20 penari laki-laki. Durasi tarian perang ini saat pentas sekitar 30 menit.
Corry Ohey mengaku sangat bangga bisa tampil pada ajang NDF, karena yang menonton tidak saja dari masyarakat lokal tetapi juga wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Pulau Dewata.
"Pementasan kesenian ini di ajang NDF adalah yang kedua kalinya, setelah kami penampilan pertama tahun 2001 silam. Kali ini cukup luar biasa, kami berharap melalui tarian yang kami pentaskan dalam 'even' yang bertaraf nasional bahkan internasional ini, seni budaya kami dapat dikenal dan dipromosikan kepada masyarakat dunia," katanya.
Ia mengungkapkan, kedua puluh seniman yang langsung didatangkan dari Sentani, adalah bentuk komitmen seniman untuk memperkenalkan aneka seni dan budaya yang ada di Bumi Sentani.
Tari ini selalu ditampilkan saat-saat pagelaran adat ataupun kegiatan yang ada di Papua. Dan tidak jarang pula, sanggar seni ini pentas bergengsi di luar daerah maupun luar negeri.
"Semoga budaya kita lebih dikenal oleh saudara-saudara kita di daerah lain, dan kami harapkan juga untuk berkunjung ke Papua," kata Corry Ohey, sembari berpromosi.(*)