Singaraja (Antara Bali) - Sekitar 138 siswa yang sedang berlatih di Komando Pendidikan dan Latihan Tempur (Dodiklatpur) Pulaki di kawasan Desa Banyupoh, Bali, keracunan makanan dan sebagiannya sempat dilarikan ke rumah sakit.
Dari keterangan Sumber ANTARA, di Buleleng, Selasa, mengatakan, sekitar 79 siswa Dodiklatpur di Desa Banyupoh, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, dilarikan ke rumah sakit tentara (RST) yang berada di kawasan Kota Singaraja, sementara sekitar 59 orang lainnya mendapat perawatan di Puskesmas Gerokgak II.
Dari 138 siswa yang mendapat perawatan di masing-masing tempat berbeda, sebanyak 12 orang mendapat penanganan serius dengan dibalut menggunakan infus.
"Satu orang lagi yang awalnya dirawat di Puskesmas Gerokgak II terpaksa dirujuk ke RST Singaraja karena harus mendapat perawatan intensif," papar Sumber.
Sementara, lanjutnya, sebanyak 47 orang yang sempat dilarikan ke Puskesmas Gerokgak dan RST Singaraja, kembali dipulangkan ke barak di Dodiklatpur karena bisa menjalani rawat jalan.
Dari informasi yang berhasil dihimpun dari seputaran tempat kejadian mengatakan, kejadian tersebut berlangsung pada Senin Sore (11/10), usai ratusan siswa tersebut menyantap hidangan yang disajikan.
Pertama ada yang mengaku merasa pusing serta mual. Bahkan, tak lama kemudian ada siswa yang muntah, kemudian diikuti oleh peserta pendidikan lainnya.
Ketika informasi tersebut ditelusuri ke Puskesmas Gerokgak II, sejumlah Sumber perawat kesehatan serta pegawai nonmedis yang takut disebut namanya, membenarkan kejadian keracunan masal itu.
Sejumlah media yang mencoba mengkonfirmasi ke RST Singaraja, juga sempat mendapat pengusiran dari petugas piket di rumah sakit milik TNI-AD itu.
Pengusiran tersebut berlangsung ketika sejumlah media baik cetak maupun elektronik meminta bertemu dengan pihak pimpinan rumah sakit Tentara terkait penyebab pasti keracunan yang dialami 138 orang siswa Dodiklatpur.
Di lain tempat, Pasi Intel Kodim 1609/Buleleng, Kamiyasa, mengatakan, peristiwa keracunan itu merupakan bagian dari acara simulasi siswa untuk mengetahui jarak tempuh dari Pulaki ke Pusat Kota Singaraja.
"Keracunan itu bukan peristiwa betulan melainkan bentuk simulasi untuk mengukur ketepatan jarak dan waktu tempuh jika terjadi peristiwa darurat menuju pusat kota," ucap Kamiyasa.
Para siswa keracunan tersebut antara lain, Supriadi, Krisna, Dwi Puji, Kadek Mertha, Komang Wisnu, Galuh, Jonisera, Hamdan, Sumantra dan Yuswardi.(*)