Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,20 persen selama bulan Mei 2015, sementara secara nasional pada bulan yang sama mengalami inflasi sebesar 0,60 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 28 provinsi di antaranya mengalami inflasi, empat provinsi deflasi dan satu provinsi tidak mengalami perubahan harga," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 0,97 persen dan inflasi terendah di Papua sebesar 0,02 persen.
Sedangkan deflasi terbesar terjadi Nusa Tenggara Timur (NTT) 0,24 persen dan provinsi yang tidak mengalami deflasi maupun inflasi adalah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Panasunan Siregar menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah perdesaan di Bali pada bulan Mei 2015 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) secara rasio tidak mengalami perubahan indeks dibanding bulan sebelumnya (April 2015), karena indeks harga diterima petani (lt) maupun indeks harga dibayar petani (lb) mengalami penurunan sama.
Indeks harga diterima petani dan indeks harga dibayar petani sama-sama menurun 0,08 persen. Indeks harga yang diterima petani turun dari 119,68 menjadi 119,59, sementara indeks harga dibayar petani menurun dari 116,14 menjadi 116,05.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu subsektor mengalami kenaikan.
Empat subsektor yang mengalami penurunan NTP meliputi subsektor hortikultura 1,46 persen, tanaman pangan 1,12 persen, perikanan 0,36 persen dan peternakan 0,27 persen.
Hanya subsektor perkebunan rakyat satu-satunya mengalami kenaikan sebesar 3,19 persen. NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga semakin tinggi NTP dan semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
Bali Alami Deflasi Perdesaan 0,20 Persen
Rabu, 3 Juni 2015 13:58 WIB