Boracay, Aklan, Filipina (Antara Bali) - Hasil kajian yang dikeluarkan
Unit Pendukung Kebijakan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (PSU APEC)
mendukung proposal Indonesia untuk mendorong perdagangan "produk-produk
pembangunan" di kawasan Asia Pasifik guna menyeimbangkan perekonomian
antara negara maju dengan negara berkembang.
"Hasil kajian yang dilakukan PSU (Policy Support Unit) APEC
memberikan sinyal positif yang mendukung proposal yang diajukan
Indonesia setahun silam untuk mendorong perdagangan produk-produk
pembangunan di APEC untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi negara maju
dan berkembang," kata Menteri Perdagangan RI Rachmat Gobel di Boracay,
Filipina pada Minggu.
Pernyataan tersebut dia sampaikan dalam pertemuan Komisi Perdagangan
dan Investasi (CTI) disela Pertemuan Menteri Perdagangan (Ministers
responsible for Trade Meeting) APEC 2015, yang diselenggarakan di Pulau
Boracay, Filipina pada 23-24 Mei.
Menurut Mendag, Indonesia mengusulkan proposal tersebut dalam rangka
mengidentifikasi gambaran korelasi perdagangan produk-produk yang
dikaji dengan pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.
Produk-produk pembangunan yang berasal dari Indonesia, yaitu karet, kelapa sawit, CPO, rotan, dan produk perikanan.
"Hal (pengajuan proposal produk pembangunan) itu dilakukan guna
menjaga keseimbangan liberalisasi antara negara maju dan negra
berkembang yang digagas dalam kerangka pencapaian Bogor Goals di APEC,"
ujar Rachmat.
Terkait proposal yang mempromosikan produk-produk pembangunan itu,
menurut Mendag, PSU APEC menyimpulkan bahwa ada relevansi untuk medorong
ekspansi perdagangan dari produk-produk yang dikaji melalui penurunan
tarif.
Selain itu, PSU APEC menilai bahwa ada banyak produk pembangunan
yang berpotensi meningkat dalam perdagangan dunia dan memiliki
keunggulan komparatif.
"Secara umum perdagangan produk pertanian memiliki korelasi yang
lebih positif terhadap pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan
dibanding produk industri," ungkap Rachmat.
Selanjutnya, PSU APEC juga menyimpulkan bahwa dukungan beberapa
faktor di luar perdagangan akan diperlukan untuk menunjang keberhasilan
pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.
Faktor yang dibutuhkan itu, antara lain infrastruktur transportasi
dan telekomunikasi, pendidikan, pelatihan dan jasa keuangan, jaminan
kesejahteraan, kondisi ketenagakerjaan, pengembangan rantai nilai
global.
Mendag menyambut baik hasil kajian PSU APEC tersebut dan secara
khusus menyampaikan rasa terimakasih kepada ekonomi (negara) yang
menjadi "co-sponsor", yaitu Brunei Darussalam, Peru, tiongkok, dan
Vietnam.
Kampanye proposal Produk Pembangunan itu menjadi salah satu fokus
Menteri Perdagangan RI dalam Pertemuan Menteri Perdagangan APEC 2015.
Sebagai tindak lanjut dari hasil kajian PSU itu, menurut Mendag
Rachmat, Indonesia akan melaksanakan Dialog Kebijakan Perdagangan
tentang Produk-Produk Pembangunan pada Agustus mendatang di Cebu,
Filipina.(WDY)
APEC Dukung Proposal Indonesia Soal Produk Pembangunan
Minggu, 24 Mei 2015 10:55 WIB