Tabanan (Antara Bali) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan Indonesia ke depan tidak perlu lagi mengimpor beras dan kebutuhan pokok lainnya karena produksi pertanian yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
"Saya memberikan apresiasi kepada Pemkab Tabanan, Bali, yang telah mampu berswasembada pangan, yakni produksi pertanian melebihi kebutuhan masyarakat setempat," kata Mentan Andi Amran Sulaiman ketika di sela kunjungannya ke Kabupaten Tabanan, 21 km barat Denpasar, Kamis.
Ia mengingatkan Pemkab Tabanan terus meningkatkan pembangunan sektor pertanian sehingga swasembada pangan makin kuat sekaligus mengangkat harkat dan martabat petani.
"Jangan tunda tanam padi, jangan biarkan lahan tidur, apalagi jangan biarkan masyarakat tidur, mari kita bangun bangsa ini maju sampai ke dunia international," katanya.
Ia mengharapkan petani terus bersemangat dan konsisten melaksanakan pembangunan pertanian sebagai mata pencaharian, serta sebagai motivasi generasi muda untuk melanjutkan pembangunan bidang pertanian.
Dengan demikian potensi besar dalam bidang pertanian di Kabupaten Tabanan yang selama ini dikenal sebagai daerah "gudang beras" di Bali dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Menteri Pertanian dalam kunjungannya itu menyerahkan bantuan 24 traktor, pompa air dan dana Rp10 miliar untuk biaya perbaikan saluran irigasi di daerah itu.
Bupati Tabanan, Bali, Ni Putu Eka Wiryastuti dalam sambutan tertulis dibacakan Sekda Nyoman Wirna Ariwangsa menyatakan Tabanan sebagai "gudang beras" masih menghadapi banyak hambatan dan kendala.
Kendala tersebut antara lain menyangkut pembangunan infrastruktur sehingga masih memerlukan bantuan dari Pemerintah pusat.
Menurut Bupati Eka, pihaknya hingga kini masih mampu mempertahankan produksi beras dengan hasil tertinggi di Bali yakni 111.000 Ton lebih per tahun, sementara kebutuhan masyarakat setempat hanya sekitar 56.000 ton.
Dengan demikian Tabanan masih surplus 55.000 lebih, sehingga predikat lumbung beras masih tetap layak untuk daerah ini.
Meskipun telah swasembada pangan, namun frekwensi tanam dan produktivitas menjadi kendala sehingga kontribusinya masih rendah, akibat ketersediaan air mulai terbatas, aspek klimatologis yang tidak dapatdiprediksi dan sumber daya manusia.
Minat masyarakat untuk bertani menurun serta ahli fungsi lahan yang tidak dapat dihindarkan, akibat Tabanan sebagai kawasan penyangga pusat pertumbuhan, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. (WDY)