Amlapura (Antara Bali) - Warga Desa Adat Bugbug, Kecamatan/ Kabupaten Karangasem, Bali, mempersembahkan 800 babi guling saat puncak upacara agama di Pura Bukit Gumang desa setempat.
"Sebelum dipersembahkan, 800 babi guling itu dibawa secara beriringan oleh warga menuju Pura Bukit Gumang," kata I Wayan Mas Suyasa, prajuru atau pengurus desa adat Bugbug, Selasa.
Persembahan 800 babi guling itu, kata Suyasa, merupakan tradisi sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan. "Persembahan itu dari warga yang ikhlas," ujarnya.
Menurut dia, persembahan itu disediakan setiap dua tahun sekali, tepatnya pada tahun genap. Sedangkan upacara agama dilakukan pada setiap tahun ganjil yang tidak dilakukan persembahan.
Selain mempersembahkan babi guling, pada saat upacara agama itu, kata Suayasa, juga dilakukan tradisi upakara menyembelih ayam. "Tradisi itu kami lakukan untuk menyeimbangkan alam semesta beserta isinya," katanya.
Setelah menyembelih ayam, dilaksanakan upacara mengelilingi pura berlawanan dengan arah jarum jam. "Upacara itu dimaksudkan sebagai pertanda menyeimbangkan alam semesta beserta isinya menuju keselamatan bumi," ujar Suyasa.
Usai itu, dilaksanakan upacara "mepinton" yang dipimpin Jro Mangku Gumang. Upacara ini mengandung makna agar semua "pratisentana" atau keturunan warga Desa Bugbug, yang berada di mana pun, tetap ingat dengan asal-muasalnya (kawitan).
Setelah diinapkan sehari, keesokan harinya dilakukan prosesi "Mabiasa", atau upacara memperingati bertemunya para Dewa. Kegiatan itu dilaksanakan di "Catus Pata Desa" atau perempatan jalan.
Biasanya saat upacara itu terjadi keajaiban, yakni warga secara tidak sengaja akan bergerak tanpa sadar kemudian saling dorong seolah-olah mereka bertabrakan. "Padahal kenyataannya tidak terjadi seperti itu," tambahnya.(*)
