Negara (Antara Bali) - Badai besar di Selat Bali beberapa hari belakangan memaksa nelayan di Kabupaten Jembrana pulang dari laut, meskipun belum mendapatkan hasil tangkapan.
"Tadi malam badai menyebabkan beberapa tiang perahu patah. Tidak ada nelayan yang berani menebar jaring," kata Andi, salah seorang anak buah perahu di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Minggu.
Menurutnya, badai juga menyebabkan nelayan sulit menentukan arah pulang, sehingga harus berhati-hati agar tidak tersesat.
Ia mengatakan, saat ombak besar disertai hujan, angin dan petir datang, dipastikan ikan yang biasanya kelihatan dari permukaan, mendadak hilang.
"Kalaupun ada ikan kami tidak berani menebar jaring, karena bisa-bisa terseret arus dan ombak besar. Yang paling penting adalah bagaimana biar bisa pulang dengan semangat," ujarnya.
Bisri, salah seorang tukang panggung atau nahkoda perahu tradisional mengatakan, jika sudah terlanjur jauh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, saat badai datang biasanya nelayan mematikan mesin perahu dan membiarkannya hanyut.
Hal itu dilakukan, karena badai besar mengaburkan arah jalan pulang, yang bila dipaksakan bisa-bisa perahu semakin jauh tersesat.
"Perahu kami biarkan hanyut, hanya saat terasa sudah di pinggir mesin dihidupkan lagi untuk membawanya ke tengah, agar tidak kandas. Hal ini bisa dilakukan sampai pagi tergantung cuaca," katanya.
Menurutnya, untuk menentukan arah saat malam hari, ia biasanya melihat datangnya ombak yang dipastikan dari arah timur sisi tengah.
Namun saat badai, katanya, ombak datang dari berbagai arah sehingga menyulitkan nahkoda mengarahkan perahu ke jalur yang benar.
"Kalau sudah pagi, kami menentukan arah berdasarkan munculnya matahari. Yang jelas saat badai, dipastikan nelayan pulang tanpa membawa ikan," ujarnya.(GBI)
Badai Paksa Nelayan Pulang Melaut
Minggu, 28 Desember 2014 14:44 WIB