Denpasar (Antara Bali) - Kenaikan biaya pendidikan yang ditunjukkan oleh meningkatnya indeks kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 3,55 persen menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Singaraja, Bali, sebesar 0,92 persen pada September 2014.
"Inflasi tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga elpiji," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan bahwa inflasi di Kota Singaraja, bekas ibukota Provinsi Bali itu mengalami inflasi sebesar 0,92 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 118,78.
Tingkat inflasi tahun kelender 2014 sebesar 4,44 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun, yakni September 2014 terhadap September 2013, sebesar 6,40 persen.
Panasunan Siregar menambahkan bahwa kelompok bahan makanan juga mengalami kenaikan sebesar 1,64 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,55 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,50 persen.
Selain itu, juga kelompok sandang 0,46 persen dan kelompok kesehatan 0,16 persen, sedangkan penurunan indeks terjadi pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,12 persen.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi selama September 2014, antara lain beras, biaya pendidikan di akademi, perguruan tinggi, harga kangkung, pisang, tarif listrik, daging babi, dan bahan bakar rumah tangga.
Inflasi di Indonesia terjadi pada 64 kota dan 16 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,29 persen dan terendah di Gorontalo 0,03 persen.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi Tual 0,89 persen dan deflasi terendah di Kudus dan Manado masing-masing 0,03 persen.
Jika diurut dari inflasi tertinggi, Kota Singaraja berada pada urutan keempat dari 64 kota yang mengalami inflasi, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
Biaya Pendidikan Picu Inflasi Di Kota Singaraja
Rabu, 1 Oktober 2014 19:52 WIB