Denpasar (Antara Bali) - Inflasi pedesaan di Bali selama Juli 2010 mencapai 2,21 persen, lebih tinggi dibandingkan perhitungan kenaikan harga-harga secara nasional 1,93 persen.
"Inflasi pedesaan daerah kita menempati urutan kelima dari 32 provinsi yang mengalami hal serupa," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ida Komang Wisnu di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, Jawa Timur sebagai provinsi terdekat, tetangga Bali, mengalami inflasi pedesaan 2,58 persen, sekaligus menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Penghitungan inflasi maupun deflasi tersebut didasarkan atas hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan. Perubahan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi atau deflasi di wilayah pedesaan.
Ida Komang Wisnu menjelaskan, dari 32 provinsi yang menjadi sasaran pengamatan, seluruhnya mengalami inflasi pedesaan. Inflasi pedesaan di Bali akibat terjadinya peningkatan indeks harga hasil pertanian yang diterima petani lebih tinggi daripada peningkatan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Hanya satu dari lima subsektor pertanian yang mengalami peningkatan yakni hortikultura (NTP-H) sebesar 3,30 persen.
Sementara empat subsektor lainnya yang mengalami penurunan terdiri atas subsektor perikanan (NTP-P) sebesar 1,63 persen, tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) 1,45 persen, peternakan (NTP-Pt) 0,89 persen dan tanaman pangan (NTP-P) 0,08 persen.
Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di tingkat pedesaan.
Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani, ujar Ida Komang Wisnu.(*)
Inflasi Pedesaan Bali Lebih Tinggi Dari Nasional
Sabtu, 14 Agustus 2010 13:37 WIB