New York (Antara Bali) - Kurs dolar AS diperdagangkan bervariasi terhadap mata uang utama pada Kamis (Jumat pagi WIB) dan terus menguat terhadap yen, karena spekulasi bahwa bank sentral Jepang (BOJ) akan meluncurkan stimulus moneter.
Di sisi lain, dolar tertekan karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menurun setelah Presiden Barack Obama pada Rabu malam berjanji bahwa ia "tidak akan ragu untuk mengambil tindakan" terhadap Negara Islam (IS) di Suriah, serta di Irak, lapor Xinhua.
Sementara itu, greenback tinggal di sekitar tingkat tertinggi dalam enam tahun terhadap yen Jepang karena tanda-tanda bahwa BOJ dan pemerintah Jepang siap untuk mengambil lebih banyak tindakan guna meningkatkan perekonomian dan inflasi.
Dolar sedang menuju ke kenaikan mingguan karena berlanjutnya spekulasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga tahun depan. Investor akan menaruh perhatian besar terhadap pertemuan kebijakan moneter The Fed yang dijadwalkan minggu depan.
Pound Inggris pulih di tengah melemahnya kekhawatiran atas referendum kemerdekaan Skotlandia. Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa responden yang mengatakan "tidak" untuk kemerdekaan Skotlandia melampaui sisi "ya".
Di sisi ekonomi, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim awal untuk tunjangan pengangguran pada pekan lalu naik ke tingkat tertinggi sejak akhir Juni, kata Departemen Tenaga Kerja. Dalam pekan yang berakhir 6 September, angka pendahuluan untuk klaim awal yang disesuaikan secara musiman meningkat 11.000 menjadi 315.000.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,2925 dolar dari 1,2905 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,6223 dolar dari 1,6199 dolar. Dolar Australia merosot ke 0,9102 dolar dari 0,9158 dolar.
Dolar AS dibeli 107,05 yen Jepang, lebih tinggi dari 106,82 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9357 franc Swiss dari 0,9376 franc dan bergerak naik menjadi 1,1054 dolar Kanada dari 1,0947 dolar Kanada. (WDY)
Penerjemah: Apep Suhendar