London (Antara Bali) - Film Indonesia yang berjudul "Max Havelaar", "November 1828", "Darah dan Doa", dan film dokumenter "Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949" yang diputar di bioskop Museum of Yugoslav History, berhasil mengugah publik di Serbia.
Penayangan film-film perjuangan kemerdekaan Indonesia yang digelar dari tanggal 15 hingga 17 Agustus kerjasama KBRI Beograd dan Sinematek Indonesia, mendapat sambutan luas dan meraih perhatian khusus banyak pihak, baik dari kalangan masyarakat umum Serbia maupunperfilman Serbia dan media, demikian Sekretaris Tiga KBRI Beograd Khotijahtus Sadiyah kepada Antara London, Kamis.
Film "Max Havelaar" (1976), yang ditayangkan pada hari pertama, merupakan karya apik sutradara Fons Rademaker, yang diangkat dari novel karya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker (1860), mampu membawa emosi penonton untuk menghayati kesengsaraan rakyat di nusantara akibat kolonialisme dan penjajahan Belanda masa itu.
Penayangan film perjuangan tersebut diadakan rangkaian memeriahkan HUT RI ke-69, yang digelar KBRI Beograd, yang diawali dengan pelaksanaan Upacara pengibaran bendera, dengan Inspektur Upacara, Dubes RI untuk Serbia, Semuel Samson, yang dilangsungkan di halaman Wisma Duta.
Menurut Khotijahtus Sadiyah, upacara pengibaran bendera dihadiri seluruh staf KBRI Beograd; masyarakat Indonesia di Beograd , murid dan guru Sekolah Indonesia Beograd, karyawan perusahaan Indo-Serbia Food, mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Indonesia di Serbia "KERIS".
Upacara bendera juga diikuti Tim Tari KBRI Beograd "BIDADARI"; dan alumni program beasiswa Darmasiswa, KNB dan BSBI; serta sahabat Indonesia di Serbia yang tergabung dalam Asosiasi Persahabatan Serbia-Indonesia "Nusantara".
Selepas upacara pengibaran bendera, acara dilanjutkan dengan syukuran dan ramah tamah keluarga besar KBRI Beograd dengan seluruh masyarakat Indonesia yang diadakan di hall serbaguna KBRI Beograd, sebagai forum bersilaturahmi "Halal Bihalal" antar sesama WNI dalam suasana Idul Fitri 1435 Hijriah.
Selain dihadiri oleh seluruh peserta dan tamu pada upacara pengibaran bendera, kegiatan syukuran juga dihadiri diaspora Serbia di Indonesia, seperti mantan pemain sepakbola tersohor di klub Pelita Jaya dan Bandung Raya di era 1994-1998, Dejan Gluscevic.
Dubes Semuel Samson, dalam sambutannya menyampaikan peringatan HUT RI pada tahun ini sangat istimewa karena bertepatan dengan perayaan ke-60 tahun hubungan diplomatik antara Jakarta dan Beograd, yang dimulai sejak tahun 1954.
Puncak acara ditandai dengan pemotongan tumpeng yang kemudian diberikan kepada Pelaksana Fungsi Politik, Widya Parsaoran Gultom, yang pada peringatan HUT RI ke-69 ini mendapatkan penghargaan sebagai abdi negara selama 20 tahun.
Perayaan HUT RI juga dimanfaatkan sebagai ajang promosi kuliner Indonesia dengan menyajikan berbagai makanan khas Indonesia, seperti soto betawi, semur, sambal goreng hati, dan lain sebagainya, sebagai pengobat rindu khususnya bagi masyarakat Indonesia di Serbia, dan juga bagi warga negara Serbia yang pernah tinggal di Indonesia.
Pada hari yang sama, bertepatan dengan HUT ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia dan 60 tahun hubungan diplomatik antara Serbia dan Indonesia, KBRI Beograd mendapatkan kehormatan dari Museum of Yugoslav History, untuk menayangkan film-film Indonesia selama tiga hari dengan tema perjuangan kemerdekaan
Pemutaran film dalam kerangka pameran dokumen dan film yang bertajuk "Era Baru dan Semangat Baru Gerakan Non Blok (GNB)", melalui kerjasamanya dengan proyek "Traveling Communique" dan Goethe Institute di Jerman dan Beograd.
Pameran ini, yang berlangsung sejak Juni lalu sebagai tanda penghormatan kepada Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB berakhir bertepatan dengan hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2014. (WDY)