Jakarta (Antara Bali) - Pengajar komunikasi politik dari Universitas
Padjajaran Bandung Kunto Adi Wibowo mengemukakan pidato Calon Presiden
Prabowo Subianto mengisyaratkan tidak menerima kekalahan pada Pemilihan
Presiden (Pilpres) 2014.
"Pernyataan Prabowo ambigu dan justru menunjukkan bahwa demokrasi
dan suara rakyat alibi bagi ketidakmampuan menerima kekalahan," kata
Kunto saat dikonfirmasi di Jakarta Selasa.
Ia mengatakan pidato Prabowo yang ambigu, antara lain pernyataan
yang mundur dari proses pilpres dan menolak hasil rekapitulasi nasional
Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Kunto menjelaskan langkah menolak hasil pilpres telah diatur secara
konstitusional melalui jalur gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Namun Prabowo tetap mengklaim tindakannya (Menolak pilpres, red.)
adalah konstitusional dan melindungi konstitusi rakyat," ujarnya.
Pengamat politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta Ari Dwipayana
menyatakan tindakan Prabowo menolak hasil pilpres dan mengundurkan diri
sebagai capres menunjukkan tidak menghormati aturan main berdemokrasi.
"Tuduhan kecurangan yang terstruktur dan sistematis seharusnya dibuktikan secara empiris," ujar Ari.
Ia mengatakan saksi Prabowo seharusnya membuktikan dan kemudian
menyampaikan bukti tersebut kepada Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) dan MK.
KPU menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang
Pilpres 2014 dengan perolehan 70.997.833 suara atau 53,15 persen dari
total suara sah nasional 133.574.277 suara.
Pasangan Prabowo-Hatta meraih 62.576.444 suara atau 46,85 persen.(WDY)
Akademisi: Pidato Prabowo Isyaratkan Tidak Terima Kekalahan
Rabu, 23 Juli 2014 8:29 WIB