Wanita bermata sipit itu awalnya hanya tertarik pada seni budaya Bali seperti kebanyakan wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Pulau Dewata.
Namun rasa ketertarikannya itu lambat laun berubah menjadi "cinta" untuk mendalami seni dan budaya Bali. "Makin dipelajari menemukan keasyikan, kedamaian dan rasa senang terhadap seni budaya Bali," tutur Emiko Nakai (25), wanita kelahiran Yokohama, Jepang itu.
Emiko Nakai ternyata mempunyai nama beridentitas Bali Ni Putu Sulasmi. Ia bersama 14 wanita dari negeri Matahari Terbit pimpinan Ketua Sanggar Wyarihita Jepang Ni Wayan Deni Inaba menunjukkan kepiawaiannya menari Bali dalam ikut menyemarakkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Taman Budaya Denpasar.
Wanita pengusaha sebuah salon kecantikan itu telah menguasai lima jenis tari Bali berkat kesungguhannya belajar dari Sanggar Tari Wyarihita Yokohama, yang dirintis Deni Inaba, seorang wanita Bali yang bersuamikan pria warga negara Jepang, Takahisa Inaba.
Emiko Nakai yang menunjukkan kepiawaiannya menari Candra Metu dan tari Kupu-Kupu Tarum di wantilan Taman Budaya Denpasar yang mampu memukau ratusan penonton itu, awalnya memang pernah tinggal di Jakarta yang telah banyak mendapat informasi tentang tari Bali.
Meskipun di Ibu Kota Jakarta belum sempat belajar tari Bali, setelah kembali ke negaranya langsung mendaftarkan diri untuk belajar tari Bali di Sanggar Wyarihita Yokohama, Jepang karena tempat tinggalnya tidak jauh dari tempat tersebut.
Ia mengaku telah mempelajari tari Bali sejak tiga tahun terakhir dan masih tetap tertarik mendalami tari Bali, karena tari Bali sangat banyak jenis dan ragamnya.
Selain gerak tari yang sudah dikuasai sosok Emiko Nakai mengaku juga sangat tertarik belajar memainkan alat musik tradisional Bali, gamelan yang digunakan untuk mengiringi pementasan dari.
"Saya masih tetap belajar tari dan gamelan Bali di Jepang, namun saat berliburan ke Bali belajar langsung pada seniman setempat," ujarnya seusai unjuk kemampuan tari di PKB yang berkolaborasi dengan Sanggar Mekar Sari Ubud pimpinan I Ketut Sudra," ujarnya.
I Nyoman Cerita, S.S Kar., MSA, seniman andal yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan senang hati memfasilitasi seniman Jepang tersebut untuk ikut memeriahkan PKB.
Selain memfasilitasi pihaknya juga memberikan bimbingan dan latihan singkat kepada seniman asing menyangkut tabuh dan tari Bali, sehingga pementasan kolaborasi seniman Jepang dan Bali itu meraih sukses di PKB.
Ke-15 wanita Jepang termasuk Emiko Nakai menunjukkan kepiawaiannya menari Bali dengan iringi gamelan yang dibawakan oleh 32 seniman tabuh setempat. Hampir tidak ada kursi kosong dan sebagian penonton harus berdiri di wantilan Taman Budaya Denpasar selama 2,5 jam pementasan berlangsung.
Tampil dua kali
Emiko Nakai yang bisa berbahasa Indonesia pada pementasan PKB tampil dua kali ke atas panggung, pertama membawakan tari Kupu-Kupu Tarum bersama lima penari lainnya, yakni Yumi Takashi, Midori Kadooka, Masako, Kimura dan Fumiko Komatsu.
Tari Kupu-kupu Tarum tersebut menggambarkan sekelompok kupu-kupu yang sedang beterbangan dan bermain-main di sebuah taman penuh aneka bunga, sehingga gerakan penarinya yang ritmis, dinamis, dan lincah yang mampu menciptakan suasana hati yang penuh keriangan.
Penampilan kedua untuk menarikan Tari Candra Metu bersama lima penari lainnya yang terdiri atas Yumi Takahashi, Fumiko Komatsu, Deni Inaba dan Ni Putu Masrapini sekaligus mengakhiri pementasan.
Tari Candra Metu tersebut menggambarkan tentang keindahan bulan saat keluar dari peraduannya. Sinar bulan yang bercahaya indah, seakan membagikan keindahan ke setiap sudah bumi.
Penampilan grup kesenian Jepang di atas pentas memang sulit dibedakan dengan wanita Bali itu, karena suguhannya juga mampu mencerminkan keindahan gerakan tari di taman bunga.
Sementara rekan-rekan lainnya membawakan lima jenis tarian lainnya yang semuanya melambangkan keindahan, keharmonisan dan kedamaian. Mereka satu sama lain sanggup membawakan ke enam jenis jenis tari, namun tiga kali pementasan selama di Bali sudah diatur sedemikian rupa, tutur Ni Wayan Deni Inaba yang melatih dan memimpin tim kesenian Jepang itu.
Tim kesenian Jepang dalam kunjungan ke Bali untuk ikut memeriahkan PKB juga melakukan dua kali "Ngayah" yakni pentas untuk menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang digelar dua desa adat (pekraman) di Pulau Dewata.
Pentas secara iklas untuk melengkapi kegiatan ritual tersebut meliputi di halaman pura Desa Pekrawan Mawang, Perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar pada Rabu malam (9/7) dan di Desa Pekraman Puaya, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Jumat malam (11/7).
Nyonya Deni Inaba, wanita Bali yang bersuamikan pria Jepang itu hampir setiap dua tahun sekali mengajak anak didiknya yang belajar tari Bali di Negeri Sakura itu untuk mengadakan lawatan dan pentas ke Bali.
Kunjungan ke Bali kali ini merupakan ketujuh kalinya sejak tahun 2000. Ke-15 seniwati Jepang dalam penampilannya di PKB maupun "Ngayah" di dua tempat itu mampu memukau penonton.
Ketua Program Studi Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr. I Ketut Sumadi yang ikut memfasilitasi pementasan tersebut mengharapkan kehadiran seniman Jepang di Pulau Dewata mampu semakin mengukuhkan taksu Bali.
Selain itu melalui Pesta Kesenian Bali, mampu meningkatkan persahabatan antarbangsa, khususnya Bali, Indonesia dengan Jepang yang selama ini telah terjalin baik. (WDY)
Emiko Nakai Jatuh Cinta Pada Budaya Bali
Jumat, 11 Juli 2014 14:39 WIB