Denpasar (Antara Bali) - PT Jasamarga Bali Tol (JBT) mengoperasikan Tol Bali Mandara dengan sistem terbuka yaitu pengguna dapat masuk dari mana saja, kemudian membayar tol di gardu yang telah disediakan, selanjutnya bebas keluar di tempat yang dituju.
"Kami harapkan pengguna jalan tol menyiapkan uang pas untuk mendukung kelancaran transaksi dan menghindari antrean," kata Direktur Utama (Dirut) JBT, Akhmad Tito Karim di Denpasar, Senin.
Selain dengan uang tunai, kata Tito Karim, pembayaran tol juga dapat dilakukan menggunakan "E-Toll Card". Kartu tersebut bisa diisi ulang. Pengguna jalan tol bisa membeli kartu tersebut di tempat yang ditentukan atau bisa langsung ke Bank Mandiri. "Pembayaran dengan E-Toll Card juga membantu kelancaran transaksi," katanya.
Mengenai evaluasi selama masa uji coba, Tito Karim menjelaskan selama masa uji coba terjadi lonjakan volume kendaraan, namun hal tersebut belum dapat dijadikan patokan dalam pengambilan keputusan.
"Di luar perkiraan volume kendaraan menembus angka rata-rata 125 ribu setiap harinya, terdiri dari 42 persen mobil dan 58 persen kendaraan roda dua," kata Akhmad Tito yang didampingi Kepala Humas JBT Drajat Hari Suseno.
Menurut Tito Karim, lonjakan volume kendaraan tersebut wajar karena masyarakat penasaran dan ingin mencoba jalan tol yang melayang di atas perairan itu.
"Banyak warga yang mencoba menelusuri jalan di atas perairan tersebut. Bahkan bolak-balik mereka mencoba. Karena itu kami memberi kesempatan kepada warga untuk mencoba jalan yang panjang mencapai 12,7 kilometer ini," katanya.
Lebih lanjut Tito Karim mengatakan pada awal pengoperasian pihaknya memproyeksikan volume kendaraan rata-rata harian sebesar 39 ribu kendaraan, terdiri dari 55 persen mobil dan 45 persen kendaraan roda dua.
"Volume kendaraan yang normal mungkin baru akan terlihat kira-kira sebulan setelah tarif tol diberlakukan. Bulan Oktober ini pun juga belum bisa dijadikan patokan karena banyak kegiatan di Nusa Dua. Di antaranya kegiatan KTT APEC, CEO Summit serta kegiatan lain," ujarnya.
Ia menyampaikan apresiasinya karena ternyata masyarakat Bali menunjukkan perilaku tertib berlalu lintas di jalan tol.
"Kami perhatikan masyarakat Bali, terutama pengendara mobil, malah tertib berkendaraan di jalan tol. Mereka patuh terhadap rambu-rambu dan marka jalan. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan karena bisa menjadi budaya tertib berlalu-lintas," ucapnya.
Dia mengakui masih banyak kendaraan roda dua yang berhenti atau pura-pura mogok untuk sekedar berfoto-foto. Dia mengingatkan bahwa hal ini sangat berbahaya. Ia meminta masyarakat untuk tidak berhenti di jalan tol.
"Kami meminta setelah masa uji coba selesai, pengguna jalan tidak berhenti di sepanjang jalan tol karena akan membahayakan diri sendiri dan pengguna jalan lain," katanya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat lebih peduli lagi memeriksa kendaraannya sebelum masuk jalan tol. "Periksalah kendaraan sebelum masuk jalan tol, volume bahan bakarnya cukup nggak, tekanan angin ban kendaraan apakah sudah sesuai, termasuk kelengkapan berkendaraan yang lain," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa pengendara motor yang masuk jalan tol harus menggunakan helm Standar Nasional Indonesia atau SNI. "Mari kita ciptakan budaya tertib berlalu intas di Bali," katanya.
Akhmad Tito lebih lanjut mengatakan pihaknya selaku pengelola Tol Bali Mandara, telah memasang alat pengukur kecepatan angin untuk mengetahui pola angin sehingga membantu pengaturan pengendara sepeda motor, kamera pengintai (CCTV) untuk memantau kondisi lalu lintas dan telepon pengaduan dengan nomor 0361-729999.
Ketiganya dipantau dan dikendalikan di Jasamarga Bali Tol Pelayanan Informasi Traffic (JTIS).
"Patroli kami mengawasi selama 24 jam sehari. Untuk kenyamanan dan keamanan pengguna jalan tol, kami juga menyediakan ambulan untuk mengantar ke rumah sakit terdekat, alat dan kendaraan darurat untuk pertolongan jika terjadi kecelakaan, serta derek untuk mengantar ke bengkel terdekat. Semuanya disediakan secara gratis," katanya.(LHS)