Denpasar (Antara Bali) - Ketua Komisi III DPR-RI Gede Pasek Suardika mengingatkan jajaran pejabat Kepolisian Republik Indonesia terkait pengadaan persenjataan dan perangkat pengamanan berdasarkan skala prioritas dan kualitas.
"Jangan lagi ada alasan penembakan sejumlah aparat kepolisian dikait-kaitkan dengan minimnya anggaran Polri," kata Wakil Ketua Pansus RUU Keamanan Nasional itu di Denpasar, Senin.
Ia mengaku bosan mendengarkan alasan klasik yang disampaikan oleh pihak Polri setiap terjadi kasus penembakan aparat kepolisian.
"Selama ini dalam membeli barang, polisi tidak memberikan atensi atas kualitas. Jenis dan harga boleh sama, tapi kualitas dan fungsi yang membedakan. Barang berkualitas, biasanya tidak perlu dioperasikan oleh banyak orang," katanya menyebutkan kelemahan Polri dalam pengadaan barang.
Pasek tak ingin kasus korupsi pengadaan alat simulasi berkendaraan oleh Korps Lalu Lintas Polri senilai Rp3 miliar yang berbuntut dipidananya mantan Kepala Korlantas Inspektur Jenderal Djoko Susilo kembali terulang.
"Ada juga pengadaan anjing pelacak. Polri ngotot beli anjing seharga Rp120 juta per ekor. Harusnya anjing seharga itu bisa mengendus pelaku penembakan polisi. Kalau kemampuannnya hanya biasa-biasa saja, mendingan beli yang harganya Rp15-20 juta saja. Saya punya anjing jenis doberman harganya hanya Rp3 juta," kata politikus Partai Demokrat asal Kabupaten Buleleng, Bali, yang juga penyayang anjing itu.
Terkait dengan maraknya penembakan terhadap aparat kepolisian, Pasek menyebutkan tiga motif utama, yakni dilakukan oleh penjahat, pesaing yang tidak suka polisi memiliki job di luar kedinasan, dan pelaku menyimpan dendam sejak lama atas berbagai kasus. (M038)
Alasan Klasik Penembakan Polisi
Senin, 16 September 2013 18:53 WIB