Jakarta (Antara Bali) - Karena ragu dengan kualitas produksi dalam negeri, para orang
tua di China lebih memilih perlengkapan bayi impor yang mahalnya luar
biasa.
Para orang tua China yang hanya diperbolehkan memiliki
satu anak oleh pemerintahnya itu rela merogoh kocek hingga 30 dolar AS
atau sekitar Rp298.260 hanya untuk membeli mainan gigitan bayi buatan
Perancis; "Sophie the Giraffe".
Menurut Reuters, harga tersebut tiga kali lipat lebih mahal dari pada harga aslinya di Perancis sana.
Minggu
lalu, pemerintah China mulai melakukan inspeksi pada lima pabrikan
asing seperti; Nestle SA, Abbott Laboratories, Mead Johnson Nutrition
Co, Danone's Dumex brand dan Wyeth Nutrition guna menjaga persaingan
harga.
Menurut para ahli, beban bea masuk produk-produk impor
tersebut tidaklah begitu memberatkan. Tapi, yang membuat harga mainan
impor melambung di China adalah besarnya kekhawatiran warga akan
kualitas produk lokal yang mungkin saja terkontaminasi.
Tentu
saja, para orang tua yang hanya diperbolehkan punya anak semata wayang
tidak mau ambil risiko dan ingin yang terbaik untuk buah hatinya.
Perusahaan-perusahaan luar tahu dan memanfaatkan situasi tersebut.
"Merk-merk
terkenal langsung memanfaatkan alasan kekhawatiran ini," kata analis di
China Market Research group Benjamin Cavender.
Benjamin
mengatakan, jika melihat perilaku konsumen membelanjakan uangnya maka
akan ketahuan kalau mereka rela membayar berapapun untuk menjamin
keamanan mainan dan makanan anak-anak mereka.
Pada 2008, enam balita meninggal dunia dan ribuan sakit gara-gara mengkonsumsi susu yang terkontaminasi melamin.
Selain
itu, beberapa bulan terakhir ada beberapa kejadian menghebohkan terkait
makanan di China seperti daging tikus yang dicampur di daging kambing
serta penyuntikan hormon berlebihan pada daging ayam dan racun dalam
beras.
Khusus untuk bayi, kekhawatiran para orang tua tidak hanya berhenti pada makanan tapi juga popok dan mainan.
Banyak mainan produksi China yang terbukti mengandung racun seperti timbal arsenic, dan merkuri.
Bahkan Maret lalu, Hong Kong mengeluarkan aturan jika susu bubuk tertentu masuk kategori terlarang.
Jika
seseorang kedapatan membawa susu bubuk lebih dari 1,8 kilogram (kurang
lebih dua kaleng) tanpa ijin maka akan kena denda atau bahkan dipenjara.
Petugas bahkan banyak dikerahkan di bandara internasional Hong Kong untuk berjaga-jaga.
Di
Inggris, toko-toko mulai menjatah pembelian para konsumennya setelah
beberapa pembeli dari China menggasak rak-rak dan kemudian mengirimnya
ke China.
Susu bayi yang di Inggris dijual 10 Pound atau sekitar Rp149.130 bisa dijual hingga tiga kali lipatnya di situs-situs China.
Beberapa
produk bayi juga mengalami penaikkan harga di China seperti si Jerapa
Sophie asal Perancis itu yang aslinya hanya dijual 10,33 dolar AS di
Amazon.
Menurut undang-undang di China, si Sophie dikenai bea
masuk sebesar 10 persen jika diimpor sebagai item berbahan dasar karet,
pajak tambahannya 17 persen.
Namun, jika si Sophie diimpor sebagai mainan bayi, maka dia tidak dikenai bea impor meski pajak tambahan masih diberlakukan.
Sementara,
setelah China mengumumkan adanya penyelidikan pada susu formula bayi,
maka produsen makanan asa Swiss; Nestle dan saingan asal Perancisnya;
Danone langsung memotong harga susu bubuknya di China.
Sekaleng susu formula "Karicare Gold 3" dari Nutricia, Danone, dijual seharga 19 dolar AS di Australia atau Rp188.898.
Di China, susu yang sama dijual seharga 190 Yuan atau 31 dolar AS atau Rp308.202.
Salah
satu ibu di China Cai Junfang yang memiliki bayi perempuan umur dua
bulan mengatakan memilih menyusui dengan ASI dan menggunakan popok merk
lokal.
"Harga-harga perlengkapan bayi impor luar biasa mahal," kata Cai asal Shanghai itu.
Meski demikian dia mengakui kualitas barang impor jauh lebih baik dari barang produksi lokal.
"Media
terlalu melebih-lebihkan soal keamanan susu formula buatan dalam
negeri, yang paling penting adalah bayi saya sehat, itu saja," katanya.
Kualitas Buruk, Orang Tua di China Memilih Mainan Impor
Minggu, 7 Juli 2013 20:08 WIB