Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Kemampuan dan keahlian pria berpenampilan sederhana ini tidak diragukan lagi. Sejak mahasiswa, dia telah berhasil menciptakan karya seni tari dan musik berbasis tradisi budaya Bali maupun kolaborasi dengan budaya modern (barat).
Bahkan beberapa karyanya cukup monumental yang dikenal masyarakat luas, di samping mempunyai pandangan dan wawasan yang luas dalam mengembangkan seni budaya.
Salah satu di antara karyanya adalah merancang pawai budaya pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) menggunakan mobil berhias sekaligus pentas di atas panggung bergerak sehingga tampak unik dan menarik yang mendapat acungan jempol dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membuka aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata itu.
Dr I Gede Arya Sugiartha S SKar M.Hum (47), pria kelahiran Pujungan, Tabanan 1 Desember 1966 itu kini dipercaya mengendalikan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar periode 2013-2017.
Pelantikan Rektor ISI Denpasar menggantikan pejabat sebelumnya Prof Dr I Wayan Rai.S dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Ir Muhammad Noeh di Graha Utama Gedung A Kemdikbud Jakarta Jumat (22/3).
Salah seorang putra dari pasangan I Ketut Sabda- Ni Wayan Sebeb itu, sebelumnya dalam pemilihan rektor dengan meraih 31 dari 34 surat yang diperebutkan sehingga menyisihkan dua calon lainnya masing-masing Dr Dra Ni Luh Sustiawati MPd dan Dr Drs I Gusti Ngurah Ardana MErg.
Suami dari Ni Nengah Mustiari itu dilantik Mendiknas Muhammad Noeh bersamaan dengan 17 pejabat Kemdikbud, di antaranya Rochmat Wahab sebagai Rektor UNY dan Bambang Widigdo sebagai Rektor Universitas Borneo Tarakan.
Mendikbud memberi arahan tugas kepada tiga rektor yang baru yang dilantik.
Khusus kepada Rektor ISI Denpasar I Gede Arya, dia minta agar memberikan perhatian khusus dalam pembangunan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) di Papua.
"Gede Arya kita semua tahu apa yang sudah diperankan ISI Denpasar dalam mengembangkan seni, kami berharap unggulan-unggulan yang telah dimiliki ISI Denpasar ditularkan kepada perguruan tinggi seni yang lain, khususnya kepada Institut Seni dan Budaya (ISBI) yang sedang dirintis," ujar Mendikbud.
Selain itu dia juga berpesan agar kegiatan-kegiatan seni dan budaya diberi perhatian lebih agar ISI Denpasar terus menularkan tentang pentingnya seni dan budaya untuk membangun peradaban bangsa dan negara.
Tumbuhkan Atmosfir
Secara khusus Mendikbud mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada rektor sebelumnya Prof Dr I Wayan Rai S MA yang bekeja keras membesarkan ISI Denpasar.
Perguruan tinggi dan kopertis juga diminta untuk terus menerus menumbuhkan atmosfir dan budaya akademik. Karena dari atmosfir dan budaya itu misi suci perguruan tinggi bisa dilaksanakan.
"Kita tidak boleh membeda-bedakan antara pendidikan, penelitian dan pengabdian. Tri dharma harus seimbang, dan untuk mendukung itu pula harus memiliki atmosfir dan budaya akademik yang baik," kata Mendikbud Muhammad Noeh.
Atmosfir dan budaya itu antara lain, mengedepankan nilai-nilai keilmuan, kebenaran, etik, dan moral, serta tidak berhenti mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Mendikbud mengajak semua elemen kampus untuk berperan serta demi kemajuan kampus.
Gede Arya selesai dilantik menjadi rektor ISI Denpasar menyampaikan bahwa, ISI Denpasar segera menindaklanjuti arahan Mendikbud tersebut. Secara SDM ISI Denpasar telah didukung oleh 90 persen dosen berpendidikan S2 dan S3.
ISI Denpasar yang diberi mandat untuk mendirikan ISBI Papua telah berusaha keras sejak tahun 2012 melakukan langkah-langkah strategis, dan tahun 2013 fokus pada peresmian ISBI Papua.
Ayah seorang putra dan seorang putri masing-masing I Putu Arya Janottama, SSn, dan Ni Made Mirah Andriyani itu mengaku pihaknya akan segera mengonversi ISI Denpasar menjadi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Denpasar. Langkah yang akan dicanangkan adalah tahun 2013 merencanakan membuka satu program studi (Prodi) Warisan Budaya.
"Prodi ini sangat penting untuk mencetak SDM yang dapat berperan melindungi kekayaan warisan budaya milik Indonesia, sehingga dapat mencetak tenaga-tenaga museum dan memiliki SDM untuk mengelola warisan-warisan budaya yang sangat melimpah, dan kita siap untuk itu," ujar Dr Arya.
Alumnus S-3 Kajian Budaya Universitas Udayana itu bertekad menjadikan ISI Denpasar sebagai organisasi pembelajaran yang efisien, efektif, berkualitas sehingga mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Hal itu dilakukannya dengan mengintegrasikan unsur-unsur logika, etika, dan estetika dengan logika peserta didik diasah daya nalar dan intelektualnya untuk mampu berfikir, berkata, dan berbuat secara kreatif dan konstruktif.
Dengan etika peserta didik diperkaya dengan budi pekerti dan kesadaran diri sebagai insan yang berada di tengah-tengah masyarakat luas. Dengan estetika jiwanya diperkaya sehingga mampu memberikan rasa nyaman, tentram dan pencerahan kepada umat manusia.
Kiprah ISI Denpasar dalam menempa generasi muda melalui sinergi tiga kesempurnaan dunia, yakni logika, etika, dan estetika tercermin dalam mottonya "Sewaka Guna Widya Satyam, Siwam, Sundaram", yang berarti kewajiban untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebenaran, kebaikan, dan keindahan.
Berbagai kebijakan, langkah, dan program telah dilakukan sejak 46 tahun silam, ketika lembaga seni ini bernama Akademi Seni Indonesia (ASTI) Denpasar tahun 1967, kemudian berkembang menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI Denpasar pada tahun 1988, dan akhirnya menjadi ISI sejak tahun 2003 hingga sekarang.
Masyarakat Bali dan pemerintah ikut secara gigih mendukung perkembangan ISI Denpasar memaknai kehadiran lembaga pendidikan tinggi seni sebagai "lata mahosadi" atau obat mujarab untuk menuntun lahirnya generasi emas yang berkarakter Indonesia. (*/ADT)