Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pascarevisi data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang lebih tinggi dari 4,9 persen menjadi 5,2 persen pada kuartal III/2023
“Rupiah diperkirakan akan melemah oleh rebound pada dolar AS setelah revisi pada data PDB AS yang lebih tinggi. Rebound tidak besar, hanya 0,3 persen,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.
Selain itu, pelemahan rupiah dipengaruhi pidato Cleveland Federal Reserve President, Loretta Mester yang hawkish.
Mester mengatakan masih perlu bukti lebih banyak sebelum menyimpulkan bahwa inflasi telah berhasil diredam dan ekonomi masih tumbuh kuat.
Namun pelemahan akan terbatas, dengan investor cenderung wait and see menantikan data inflasi PCE (Personal consumption expenditures) AS malam ini.
"PCE inti diperkirakan akan naik 0,2 persen MoM (Month over Month) dan kenaikan pada YoY (Year on Year) sedikit lebih rendah dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen,” ungkap Lukman.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, melemah sebesar 68 poin atau 0,44 persen menjadi Rp15.463 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.395 per dolar AS.
Meninjau sentimen dalam negeri, pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan fundamental ekonomi Indonesia masih solid. Inflasi masih stabil dan neraca perdagangan masih surplus, sehingga memberikan sentimen positif ke rupiah.
Rilis data ekonomi Indonesia pada pekan ini baru akan keluar pada Jumat (1/12), yakni data inflasi yang diperkirakan akan lebih tinggi.
Baca juga: IHSG Kamis pagi dibuka menguat 16,85 poin
Baca juga: IHSG BEI bergerak menguat di tengah pelemahan mayoritas bursa kawasan dan global
Baca juga: Harga emas Antam pagi ini turun Rp4.000 per gram