"Areal yang (banyak) terbakar itu adalah areal yang terbuka, sehingga harus diteliti dan harus dicarikan solusi karena areal terbuka berarti ingin dipergunakan oleh masyarakat," kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Dari total 994.313 hektare hutan dan lahan yang terbakar tersebut, KLHK mencatat areal hutan yang terbakar hanya seluas 66.287 hektare atau setara 7 persen. Sedangkan, areal non hutan yang mengalami kebakaran tercatat mencapai 928.025 hektare atau setara 93 persen.
Provinsi dengan areal non hutan paling luas terbakar adalah Kalimantan Selatan mencapai 186.186 hektare, Kalimantan Tengah 112.917 hektare, Sumatera Selatan 106.628 hektare, Papua Selatan 97.555 hektare, dan Kalimantan Barat mencapai 99.121 hektare.
Adapun provinsi dengan areal hutan terbakar paling luas adalah Jawa Timur sebanyak 26.326 hektare, Nusa Tenggara Timur 10.461 hektare, Papua Selatan 4.459 hektare, Jawa Tengah 4.300 hektare, Sumatera Selatan 2.832 hektare, dan Kalimantan Timur 2.509 hektare.
KLHK juga mencatat kebakaran paling banyak terjadi pada jenis tanah non gambut dengan luas mencapai 839.883 hektare dan gambut hanya berjumlah 154.429 hektare.
"Pada tahun 2015, luas gambut yang terbakar sebanyak 34 persen, maka pada tahun 2023 ini gambut yang terbakar hanya 16 persen," kata Menteri Siti.
Daerah dengan luas kebakaran non gambut tertinggi diduduki oleh Kalimantan Selatan sebanyak 180.113 hektare, Nusa Tenggara Timur 99.047 hektare, Papua Selatan 97.813 hektare, dan Kalimantan Tengah 65.924 hektare.
Sedangkan, daerah yang mengalami kebakaran gambut paling luas adalah Kalimantan Tengah sebanyak 48.651 hektare, Sumatera Selatan 48.594 hektare, Kalimantan Barat 31.427 hektare, Kalimantan Selatan 7.460 hektare, dan Kalimantan Timur 6.107 hektare.
Lebih lanjut Menteri Siti mengungkapkan bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia saat ini jauh lebih kecil bila dibandingkan negara-negara lain, seperti Kanada yang mencapai luas 18,5 juta hektare, Brazil 3,6 juta hektare, Amerika Serikat 2,4 juta hektare, dan Siberia sebanyak 1,2 juta hektare.
"Indonesia 900 ribu hektare lebih, tapi perkiraan saya bisa ke 1 juta hektare karena datanya baru masuk sampai akhir Oktober," pungkasnya.
Baca juga: BPBD Bali: kebakaran hutan jadi bencana dominan sepanjang September
Baca juga: BPBD Bali minta warga selalu waspada karhutla di lereng Gunung Agung