Gianyar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika mengingatkan para perajin di Bali agar mengantongi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), sehingga ke depannya karya intelektual yang diciptakan tidak bermasalah dengan hukum.
"Jangan sampai karena orang lain yang mendaftarkan HKI, justru yang menciptakan digugat karena dianggap meniru. Kelemahan kita perajin Bali seringkali enggan mendaftarkan HKI," kata Pastika saat mengadakan reses di Gianyar, Senin.
Pastika mengadakan reses ke Egg Painting Gallery di Banjar Gerih, Batuan Gianyar, Bali. Galeri seni ini dimiliki oleh I Wayan Sadra, perajin lukisan pada cangkang telur, yang telah menekuni usaha tersebut sejak 1997.
Gubernur Bali dua periode (2008-2018) ini memuji hasil karya seni yang dihasilkan di Egg Painting Gallery yang begitu indah dengan sejumlah inovasi, sehingga dapat menembus pasar mancanegara.
"Hasil karya seni di sini ada sentuhan seni dan teknologi. Namun, harus diingat bahwa tidak semua orang memiliki niatan yang baik dan bisa saja hasil karya di sini dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi oleh orang lain," ujarnya pula.
Baca juga: Mangku Pastika: Bali perlu miliki sekolah pelayaran
Oleh karena itu, karya lukisan telur tersebut patut dihargai secara hukum dengan mengurus HKI. Selain juga terus dilakukan inovasi agar menghasilkan karya yang khas dan tidak mudah ditiru.
Pastika juga memuji upaya regenerasi melukis telur yang dilakukan Sadra bersama keluarganya kepada anak-anak di lingkungan sekitarnya yang telah dilatih menghasilkan karya seni nan indah itu.
"Di sini juga sudah dapat dibuktikan bahwa seni tidak saja untuk seni, tetapi seni untuk hidup karena telah dapat memberikan kesejahteraan," ujarnya lagi.
Apalagi di tempat yang sama juga dikembangkan usaha produksi madu berbendera Mesari Honey Bali, yang dilatarbelakangi dari pengalaman khusus yang dialami keluarga Sadra.
I Wayan Sadra mengaku melukis telur dilakoninya sejak 1997. Sadra yang juga berprofesi sebagai guru SMP ini sudah melukis di kanvas sejak duduk di bangku SMP.
Saat itu dengan melihat pasar lukisan di atas kanvas yang kurang laku dan juga banyak pesaing serta karena faktor ekonomi, sehingga ia menjajal untuk melukis pada telur dan ternyata sambutan pasar cukup bagus.
Menurut dia, lukisan telur ini banyak digemari bahkan hingga ke luar negeri seperti Jerman, Australia, Thailand, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Prancis, Brasil, Argentina, dan sejumlah negara lainnya.
Baca juga: Mangku Pastika kagumi inovasi perajin mesin pengolahan di Bali
Permintaan dari luar negeri yang tertinggi itu untuk sekali pemesanan hingga 1.500 buah dan selebihnya masih berkisar ratusan buah dengan jenis telur yang digunakan untuk melukis bervariasi sesuai pesanan.
Telur yang digunakan sebagai media lukis ada telur bebek, telur angsa, telur burung kasuari dan telur burung unta. Oleh karena itu harga telur yang dilukis juga bervariasi sesuai dengan telur yang digunakan dan tingkat kerumitannya.
Satu lukisan dari telur bebek berkisar harganya dari Rp35 ribu-Rp200 ribu, kemudian lukisan dari telur angsa dari harga Rp50 ribu-Rp250 ribu, lukisan dari telur burung kasuari dengan rentang harga Rp500 ribu-Rp1,5 juta, dan lukisan dari telur burung unta kisaran harga Rp600 ribu-Rp2,5 juta.
Soal bahan baku telur, diakui memang harganya cukup mahal dan masih didatangkan dari luar Bali. Telur angsa didatangkan dari Pulau Jawa, telur burung kasuari dari Papua, sedangkan telur burung unta dari Australia atau juga sering barter dengan wisatawan yang memesan lukisan telur.
Saat ini Sadra melibatkan 15 tenaga kerja untuk memproduksi lukisan, selain juga memberikan pelatihan melukis bagi anak-anak di lingkungan sekitarnya.