Badung (ANTARA) - Ketua Bali Fashion Parade 2023 Yongki Perdana mengatakan karya perancang busana dalam gelaran ini akan menggunakan 80 persen bahan dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lokal.
“Untuk perajin dan UMKM lokal tentunya akan berpengaruh karena para desainer membutuhkan bahan-bahan seperti dari kain endek, tenun, dan rangrang yang ada di Bali, banyak sekitar 80 persen ya,” kata dia dalam konferensi pers di Kabupaten Badung, Jumat.
Pada tahun kedua ini, Bali Fashion Parade membawa 23 perancang busana dari Bali, Jakarta, Surabaya, Malang, Jogja, hingga Lampung, di mana mereka akan menampilkan karya bertema etnik, musim panas dan koktail.
Yongki yang juga pemilik YMM Event Organizer selaku penyelenggara kegiatan ini berharap karya-karya yang akan ditampilkan menjadi kesempatan promosi bagi desainer lokal.
Baca juga: 10 perancang busana lokal tampilkan karyanya di Bali Fashion Parade
“Pastinya juga dengan event seperti ini semoga bisa membantu masyarakat Bali berdampak dari segi industri perajin lalu perkembangan ekonomi berjalan baik,” ujarnya.
Selain membantu perekonomian bagi desainer dan UMKM lokal, ia menilai Bali Fashion Parade dapat berpengaruh ke pariwisata karena kegiatan ini akan menarik kunjungan pecinta busana dalam dan luar negeri.
Dengan terus mengenalkan karya-karya perancang busana lokal, maka diharapkan Bali suatu saat dapat menjadi tempat berkumpulnya pecinta busana di dunia.
“Melihat banyaknya desainer dari industri fashion di Bali kami memberi wadah mereka bisa berekspresi karyanya lewat Bali Fashion Parade, semoga Bali tidak hanya dikenal destinasinya saja tapi bisa jadi ikon fashion yang tidak hanya bersaing di Indonesia tapi juga internasional,” ujar Yongki menyampaikan harapannya.
Baca juga: "Maja Labs" dan ICCN gelar "Bali Digital Fashion Week 2022"
Pengaruh event life style ini turut dirasakan pelaku industri pariwisata Randolph Bubu, selaku Direktur Utama Hotel TS Suites tempat penyelenggaraan Bali Fashion Parade 2023 pada 29 Juli mendatang.
Kepada media, Randolph bercerita bahwa hotelnya memang dikembangkan sebagai wadah bagi perancang busana dan komunitas yang terkait dengan industri tersebut.
Selama ini, kegiatan kecantikan atau busana tingkat nasional hingga internasional kerap dilakukan di hotel tersebut, bahkan ia mendirikan toko pakaian yang berisi karya lebih dari 200 desainer, sehingga dampaknya terasa secara tidak langsung.
“Sebetulnya tidak secara langsung berdampak pada bisnis hotel, tapi seperti contoh dua minggu ini hotel kita penuh, tapi selama ini yang kita lakukan adalah membangun wadah yang ada kaitannya dengan gaya hidup seperti fashion dan musik,” kata dia.
Ia turut berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlangsung dan lebih banyak menggaet desainer lokal, agar nantinya perancang busana dunia ikut memilih Bali sebagai tempat mereka berkarya.