Badung (ANTARA) - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta Gubernur Bali Wayan Koster menghentikan konversi tanah subur di Pulau Dewata demi rakyat.
"Berhenti konversi tanah subur. Pertanahan dan pertanian Bali 100 tahun ke depan mau dijadikan apa? Ini supaya rakyat makmur dan sejahtera," kata Megawati saat hendak membuka Seminar Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125, di Badung, Bali, Jumat.
Megawati menilai saat ini Bali tidak lagi seperti dulu saat ia dan ayahnya datang, di mana sekarang hotel berjejer. Ia mempertanyakan apakah pemilik hotel besar adalah warga Bali sendiri.
"Pertanyaan saya yang untung siapa, rakyat atau pemilik hotel dan sebagainya? Saya tidak anti pembangunan, tapi berhenti deh. Contohnya orang Betawi di Jakarta semua tersingkirkan, maaf banget tapi kenyataannya uang dihabiskan percuma," ujar Megawati.
Baca juga: Megawati janji bantu Bali benahi pariwisata melalui BRIN
Karena itu demi merancang peta jalan Bali 100 tahun ke depan, Ketua Umum PDIP itu berpesan kepada Wayan Koster agar segera membuat peraturan daerah (perda) mengenai pertanahan.
Menanggapi arahan tersebut, Gubernur Koster mengaku sepakat dan akan menyeleksi dengan baik pembangunan-pembangunan yang berkaitan dengan konversi tanah subur.
"Jadi soal pertanahan betul-betul supaya setop alih fungsi lahan, saya sangat setuju," ujarnya.
Ia mengaku konversi tanah subur yang kemudian menjadi fasilitas pendukung pariwisata tentu berkaitan erat dengan pariwisata sendiri.
"Lebih selektif saja agar terkendali, cukup lah sekarang Badung yang ramai begini. Daerah lain seperti Bangli, Buleleng, dan Tabanan, jangan. Kalau semua dibuat gitu sumber daya pangannya akan terdampak," tutur Koster.
Baca juga: Presiden ke-5 RI Megawati akan buka pawai Pesta Kesenian Bali 2023
Saat membacakan tantangan bagi Bali di masa depan, Gubernur Koster sendiri sudah mengakui bahwa luas lahan pertanian dan sawah semakin berkurang, karena kebutuhan yang semakin bertambah untuk permukiman, fasilitas infrastruktur dan sarana-prasarana, pariwisata, serta pengurangan secara alamiah akibat abrasi atau bencana.
"Tidak mudah (menjalankan peta jalan 100 tahun Bali ke depan) tapi bukan berarti tidak bisa. Sepanjang ada kemauan untuk kehidupan jangka panjang yang harus kita rawat wariskan ke generasi ke depan, agar bisa survive hidupnya lebih berkualitas, berdaya saing, dan tangguh," ujar Gubernur Koster.