Denpasar (Antara Bali) - Jenazah veteran pejuang kemerdekaan RI Desak Gede Raka Nadha (86), istri K Nadha (almarhum), yang dikenal sebagai "penglingsir" atau sesepuh Bali Post, dijadwalkan dikremasi/menjalani prosesi Ngaben pada Minggu, 16 Desember 2012.
"Prosesi Ngaben (pelebon) kami persiapkan di Setra Desa Adat Lumajang, Kabupaten Tabanan, 30 km barat Denpasar. Upacara ini diawali apel Persada melibatkan anggota veteran pejuang," kata putra almarhum, ABG Satria Naradha di rumah duka Banjar Lumajang, Samsam, Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Minggu.
Pemimpin Kelompok Media Bali Post (KMB) yang menjadi penerus ayahandanya K Nadha sebagai perintis/pendiri media yang telah melegenda di Bali itu menjelaskan, prosesi Ngaben dimulai Rabu (12/12) dengan kegiatan "Ngulapin/Nebusin" atau ritual meminta izin di Pura Kahyangan Tiga dan di setra (kuburan).
Dilanjutkan dengan Nyiramin atau memandikan jenazah dan Ngringkes, semacam pemasangan kain kafan dengan segala perlengkapannya pada Kamis (13/12) pukul 10.00 Wita, dan keesokan harinya "Ngembang" atau tidak ada kegiatan.
Kemudian Sabtu (15/12) pementasan wayang kulit menampilkan dalang dari Desa Tunjuk, Tabanan, disertai iringan gong, angklung serta musik gambang. Selain itu digelar aneka ritual/kegiatan, seperti Nunas Tirta Penembak, Metetangi, Mewisik, Ngentas, Nyegceg/ngutang pering dan Ngeluang/Mebumisuda.
Sedangkan ritual Pelebon/Ngaben, Minggu (16/12) dimulai pukul 10.00 Wita, diawali penaikan jenazah ke "bade" atau menara pengusungan mayat yang digotong warga dari rumah duka ke kuburan yang berjarak sekitar 500 meter.
Desak Gede Raka Nadha menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 24 November 2012 dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang. Hari itu juga jenazah diterbangkan ke Bali dan disemayamkan di Pasraman Lumajang, Kabupaten Tabanan.
Sejak almarhum disemayamkan di Pasraman Lumajang, warga silih berganti melayat mulai dari petani hingga pejabat, baik di kabupaten/kota maupun provinsi Bali, maupun pejabat pusat, seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.
Ratusan karangan bunga dikirim dari berbagai kalangan di Bali maupun tingkat nasional untuk menyampaikan ungkapan ikut bela sungkawa.
Almarhum meninggalkan tiga orang putri, seorang putra dan sejumlah cucu dari keempat putra-putrinya yang telah membentuk rumah tangga.
Tokoh pers Widminarko, mantan Pemred Bali Post yang juga mantan Ketua PWI Cabang Bali, mengaku sangat terkesan pada sosok Desak Gede Raka. "Beliau selalu menyemangati kami, dan bahkan saya sampai dilarang pensiun," ucapnya.
Menurut dia, semasa hidupnya almarhum Desak Gede Raka juga selalu memberikan arahan atau nasehat kepada keluarga wartawan, terutama saat arisan bulanan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Cabang Bali.
Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali, Jesna Winadha, yang lebih dari 35 tahun bekerja di Bali Post dan akrab dengan almarhum semasa hidupnya menjelaskan, sosok Desak Gede Raka Nadha adalah orang yang mengedepankan ideologis, tegas dan penuh semangat untuk terus maju meraih kesuksesan.
Semangat itulah ditularkan kepada karyawan-karyawati Harian Bali Post. Almarhum semasa perang memperjuangkan kemerdekaan RI mengabdikan diri sebagai perawat untuk membantu dan merawat para pejuang yang sakit atau disiksa penjajah.
Bahkan secara langsung ikut menolong pejuang yang luka-luka dan yang gugur dalam pertempuran di Munduk, Selemadeg, Kabupaten Tabanan, dan di lokasi itu telah dibangun monumen perjuangan. (*/T007)
Ngaben Pejuang Raka Nadha 16 Desember
Minggu, 9 Desember 2012 11:32 WIB