Gianyar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Made Mangku Pastika memuji usaha tekstil Tarum Bali Sejahtera yang menggunakan bahan-bahan pewarna alam sekaligus dapat memanfaatkan sampah dedaunan yang dikumpulkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Gianyar, Bali.
"Sampah yang dimana-mana menjadi sumber masalah, tetapi di sini dapat dimanfaatkan untuk membuat produk. Ini ciri-ciri produk yang sangat ramah lingkungan," kata Pastika saat mengadakan reses ke usaha Tarum Bali Sejahtera di Desa Medahan, Gianyar, Bali, Rabu.
Tarum Bali Sejahtera, usaha tekstil yang telah berdiri sejak tahun 2001 itu memanfaatkan daun mangga, daun ketapang, daun mahoni, kayu secang dan daun jenis lainnya sebagai bahan untuk pewarna produk-produk tekstil yang dihasilkan.
"Usaha ini bermanfaat juga bagi petugas DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) dan dapat mengurangi penimbunan sampah. Menurut saya ini bagus sekali," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Pihaknya berharap usaha yang dilakoni Tarum Bali Sejahtera itu dapat terus berkembang tidak saja berorientasi ekspor tetapi juga untuk kebutuhan dalam negeri.
Baca juga: Mangku Pastik minta kampus di Bali gemakan Empat Konsensus Bangsa
Menurut dia, produk kerajinan yang mengedepankan konsep back to nature atau kembali ke alam dan juga bisa mengedepankan pendekatan kemanusiaan dan pendekatan sosial akan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dan kian diminati pasar.
"Apalagi dalam proses pengerjaannya juga sepenuhnya hand made hingga proses menenunnya pun menggunakan alat tenun tradisional," kata mantan Kapolda Bali ini.
Sementara itu, I Made Arsana Jaya selaku pendiri usaha Tarum Bali Sejahtera mengatakan sebelum merintis usahanya ini, ia sempat bekerja sama dengan pihak asing berbisnis pencelupan kain tenun dengan menggunakan pewarna sintetis atau kimia.
Oleh karena ada banyak yang mempermasalahkan limbah hasil pencelupan tersebut, sehingga akhirnya ia berusaha mencari strategi agar bisa terus mengembangkan usaha tekstil dengan menggunakan pewarna yang ramah lingkungan.
Baca juga: Mangku Pastika kagumi "resep di atas kanvas" Bagus Darmayasa
Daun yang diperlukan untuk mewarnai benang hingga kain yang akan diolah menjadi berbagai produk rumah tangga tak saja didapatkan dari kebun yang dimiliki, namun banyak juga didukung dari para petugas DKP.
"Jadi, sampah dedaunan usai memotong pohon perindang di jalan-jalan yang dulu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi kini mereka bisa membawa ke sini," ujar Arsana Jaya.
Indrayatna selaku Manajer Tarum Bali Sejahtera menambahkan, untuk menghasilkan warna-warna yang diinginkan dari dedaunan yang digunakan tersebut menggunakan metode fermentasi dan ekstraksi (pemanasan). Sedangkan benang yang digunakan didatangkan dari Jawa.
"Awalnya produk kami fokus untuk ekspor ke Australia, Jepang dan Amerika Serikat. Tetapi belakangan sekitar 50 persen produk yang dihasilkan untuk kebutuhan domestik bagi sejumlah brand-brand pakaian dan desainer ternama di Jakarta dan Surabaya," ujarnya.
Dalam proses produksi, pihaknya melibatkan 100 pekerja. Tidak hanya di bengkel produksi di Gianyar Bali, tetapi sebagian juga tersebar di Pulau Jawa dan Lombok sebagai penenun.
Tak saja menghasilkan kain-kain berbentuk lembaran dan melayani usaha pencelupan, Tarum Bali mampu memproduksi berbagai pernak-pernik rumah tangga seperti sarung bantal, karpet, taplak meja, hiasan dinding dan sebagainya.
Indrayatna mengakui usahanya bahkan mengalami peningkatan pesanan saat pandemi COVID-19 karena trennya konsumen itu back to nature, selain itu juga banyak ekspatriat yang membuka usaha di Bali.
"Kunci usaha kami tetap bertahan karena kami mempertahankan orisinalitas, selain kami juga terus berinovasi sehingga produk tekstil dengan menggunakan pewarna alam tidak cepat pudar meskipun dicuci. Kami wujudkan produk ini dengan hati," ujarnya penuh semangat.