Sibang (Antara Bali) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali menilai aksi pencurian buruk jalak bali yang masih terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Dewata dipicu oleh harga jual satwa langka itu yang tetap menggiurkan.
"Harga jual burung jalak bali masih tinggi, yakni dikisaran Rp17,5 juta per ekornya, sehingga memicu aksi pencurian," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Bali, I Ketut Catur Warbawa, di sela-sela acara pelepasliaran burung tersebut di wilayah Sibang, Kabupaten Badung, Senin.
Dia menjelaskan, selain harga jual yang masih tinggi, kemungkinan penyebab lainnya adalah permintaan terhadap burung tersebut masih tinggi karena termasuk satwa langka sehingga banyak yang ingin memilikinya.
"Kami sebenarnya tidak terlalu mengetahui secara pasti mengapa masih marak terjadi pencurian, padahal penangkaran burung baik yang dikomersilkan ataupun bukan sudah banyak dikelola perorangan ataupun yayasan," ujarnya.
Warbawa mengatakan, wilayah yang cukup sering terjadi pencurian adalah di kawasan Taman Nasional Bali Barat, Kabupaten Jembrana, yang merupakan habitat asli dari burung yang merupakan satwa endemik Bali. Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu penangkaran burung tersebut yang ada di wilayah itu dibobol oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. (IGT/T007)