Kuta (Antara Bali) - Michael Sheridan, pakar dunia perfilman dokumenter Amerika Serikat menilai membuat film yang berkualitas tidak memerlukan dana besar namun yang terpenting ceritanya harus kuat dan cara atau trik dalam mengomunikasikannya kepada masyarakat.
"Saya sering mendapatkan keluhan dari siswa atau rekannya tidak bisa membuat film karena tak memiliki dana, tapi sebenarnya bukan hal itu yang penting. Untuk membuat film berkualitas yang terpenting adalah diperkuat cerita dan cara menuturkannya," kata Sheridan, di sela-sela pelatihan pembuatan film di Kuta, Sabtu.
Dia mengaku, sudah membuktikan hal tersebut dan beberapa kali berhasil, yakni dengan cerita kuat maka terciptalah film yang berhasil menarik minat dan disukai berbagai kalangan. Akan tetapi kondisi itu terjadi di negara kami. Untuk di Indonesia situasinya berbeda, karena cara pandang pegiat dan komunitas film sebagian masih menilai bahwa karya seninya dinilai berhasil apabila sudah mampu membuat film berdurasi panjang untuk diputar di bioskop.
Ray Nayoan, pembuat film Tanah Air, mengatakan, saat ini untuk membuat film tidak membutuhkan biaya tinggi dan peralatan yang mahal karena berkat kecanggihan teknologi semuanya bisa diwujudkan.
"Saya sering membuat film dengan biaya sendiri. Bahkan ada rekan saya mampu membuat film hanya dengan dana Rp60 ribu dan kamera digital tetapi karyanya tetap baik. Hal yang menjadi kendala adalah bagaimana
mengomunikasikan hasil karya kepada masyarakat," ujarnya.
Hal senada disampaikan Sudibyo JS, praktisi film lainnya. Menurut dia, dengan bermodalkan kamera digital dapat memproduksi film yang kualitasnya sama dengan tayangan di bioskop.(IGT/T007)