Gianyar, Bali (ANTARA) - Koordinator Staf khusus Presiden Jokowi, Ari Dwipayana mengatakan, filosofi masyarakat Bali yang dikenal Tri Hita Karana dapat membantu pertemuan KTT G20 di Nusa Dua, Bali, menggapai solusi dan kesepakatan atas masalah yang dihadapi dunia saat ini.
“Filosofi Tri Hita Karana (THK) yang mencakup hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan sehingga mencapai kebahagiaan,” kata Ari Dwipayana di Ubud, Gianyar, Kamis.
Ari Dwipayana bersama dengan Jean Couteau, antropolog Perancis mengemukakan pentingnya mengangkat filosofi masyarakat Bali dalam pertemuan KTT G20 untuk mencapai solusi dan kesepakatan serta memberikan jawaban atas tantangan dan masalah yang dihadapi dunia saat ini.
Masalah dunia saat ini ialah ancaman krisis ekonomi dunia, kelaparan, ketimpangan sosial ekonomi dan perubahan iklim. Krisis ekonomi dunia yang diramalkan terjadi tahun 2023 merupakan akibat dari perang antara Rusia dengan Ukraina.
Menurut Ari Dwipayana hal itu merupakan persoalan hubungan manusia dengan manusia yang menyelesaikan perbedaan dengan perang. Lebih mengedepankan perang dari pada dialog.
Selain itu, perubahan iklim akan mengancam kehidupan manusia di dunia, Di mana pemanasan global akan menaikkan permukaan air laut dan perubahan kehidupan di bawah laut. Hal itu dilihat sebagai persoalan atau masalah hubungan antara manusia dengan alam.
“Nah pertemuan KTT G20 di Nusa Dua, Bali adalah momentum mengenalkan filosofi masyarakat Bali yang selalu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar, dan manusia dengan Tuhan,” kata Ari Dwipayana, yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Ia berharap dengan mengenalkan filosofi masyarakat Bali tentang Tri Hita Karana pada pertemuan KTT G20 membuat para kepala negara anggota G20 selalu berupaya untuk menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar, dan manusia dengan Tuhan.
“Para kepala negara perlu menghentikan perang dan persaingan yang akhirnya malah menghancurkan dunia beserta manusianya. Ini harus dicegah,” tambahnya.
Sementara itu, Jean Couteau, antropolog Perancis yang sudah tinggal di Bali sejak 1975, mengatakan, ada nilai-nilai masyarakat Bali yang perlu diangkat dalam pertemuan KTT G20.
“Masyarakat Bali mengedepankan persamaan, kesepakatan dari pada perbedaan. Ini penting di tengah pertemuan G20 di tengah suasana dunia yang tegang untuk bersama-sama menyingkirkan perbedaan dan mengedepankan persamaan dan kesepakatan,” katanya.
Pertemuan KTT G20 di Bali harus mampu menyerap nilai dan filosofi masyarakat Bali untuk mencapai solusi dan kesepakatan demi menghindari krisis ekonomi dunia dan perubahan iklim yang mengancam kita semua, ujar Jean Couteau.