Bandarlampung (Antara Bali) - Pengungsi dari Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan, yang terlibat bentrokan dengan warga beberapa desa di Kalianda, menginginkan perdamaian dan tidak terjadi lagi konflik yang menelan korban jiwa.
"Kami bersedia damai secepat mungkin dan tidak ada lagi keributan. Yang sudah, biarkan berlalu," kata Made Lastri (35), warga Desa Balinuraga yang ikut mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan kejadian seperti itu bukan hanya berakibat kerugian materi, namun juga sangat merugikan masyarakat luas yang tidak mengetahui permasalahannya. "Ke depan kami ingin tidak ada lagi pertikaian dan masyarakat harus saling menghormati, agar tercipta hidup yang arif dan damai," ujarnya.
Lastri yang rumahnya ikut terbakar mengungkapkan, sebelum mengungsi ke SPN Kemiling, dirinya beserta keluarga dan warga desa lainnya telah mengungsi ke hutan di sekitar desa mereka. "Saya dua hari di hutan tidak makan. Kabar bahwa rumah saya terbakar pun diberitahu oleh tetangga," ujar dia lagi.
Dirinya beserta warga lain, tidak sempat membawa pakaian untuk ganti, dan hingga hari ini sangat membutuhkan pakaian tersebut.
Hal senada diungkapkan oleh Wayan Sudana (39) yang rumahnya ikut terbakar. Ia menegaskan bahwa dirinya menginginkan agar pemerintah secepat mungkin dapat membantu mengatasi masalah ini.
"Pemerintah harus turun tangan untuk membantu menciptakan perdamaian di antara kami," ujarnya seraya menyebutkan, akibat konflik tersebut dirinya mengalami kerugian materi yang cukup besar.(*/T007)