Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka forum kebencanaan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) VII di Bali, Rabu.
"Sebagai negara rawan bencana, Indonesia punya akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia," kata Presiden dalam seremoni pembukaan GPDRR VII yang disiarkan langsung kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden, Rabu.
"Tapi Indonesia juga ingin, sangat ingin, belajar dari pengalaman internasional," ujarnya menambahkan.
Presiden menuturkan Indonesia sebagai negara rawan bencana yang sepanjang tahun 2022 saja misalnya, per 23 Mei telah mengalami 1.613 bencana serta rata-rata merasakan 500 kali gempa dalam sebulan baik itu skala kecil maupun skala besar.
"Dengan 139 gunung api aktif, letusan gunung berapi juga mengancam masyarakat di Indonesia. Sepanjang 2015 hingga 2021 tercatat 121 letusan gunung berapi di Indonesia," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi paparkan keberhasilan RI turunkan karhutla-COVID-19 di GPDRR
Dengan segala tantangan dan risiko kebencanaan berat yang bisa terjadi setiap saat itu, Presiden menegaskan masyarakat Indonesia dan pemerintah dituntut untuk tetus siaga dan sigap dalam menghadapi bencana.
Indonesia juga harus membangun sistem peringatan dini multibencana serta mewujudkan masyarakat yang sadar dan tangguh akan bencana.
"Daya tahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana sangat menentukan angka kerugian yang harus ditanggung akibat bencana. Semakin tidak siap, semakin besar kerugiannya," ujar Jokowi.
Presiden juga menegaskan bahwa pengurangan risiko bencana adalah sebuah investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa mendatang.
"Let's work together, to mitigates the risk of disasters for a better life, today and tomorrow," kata Presiden dalam bahasa Inggris di hadapan sejumlah pejabat internasional sebelum secara resmi membuka forum GPDRR VII.
Pembukaan GPDRR VII dihadiri antara lain Wakil Presiden Zambia Mutale Nalumango, Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid, Deputi Sekretaris Jenderal PBB sekaligus Kepala SDGs PBB Amina J. Mohammed, serta Utusan Khusus PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mizoturi Mami.