Denpasar (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan Indonesia siap melakukan transformasi sistem kesehatan agar mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan yang sulit untuk diprediksi.
"Ini adalah momen penting bagi Indonesia untuk mereformasi sektor kesehatan karena tidak pernah ada waktu yang lebih tepat untuk transformasi kesehatan selain momen ini (health business gathering-red)," kata dr Dante dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA di Denpasar, Minggu.
Saat menutup Health Business Gathering pada Sabtu (4/12), Dante menyampaikan bahwa kejadian berbagai masalah kesehatan, seperti pandemi COVID-19, itu sulit untuk diprediksi.
"Masalah tersebut datang pada saat Indonesia belum siap. Pada saat itu Pemerintah Indonesia harus impor berbagai macam kebutuhan untuk menanggulangi pandemi COVID-19, seperti sarung tangan medis, masker medis dan alat kesehatan lainnya," ujarnya.
Tidak hanya itu, COVID-19 telah menjadikan kesehatan sebagai prioritas nomor satu di semua sektor. Menurut dia, pemerintah menyadari bahwa pandemi COVID-19 memunculkan kebutuhan untuk memperkuat ketahanan layanan kesehatan.
Baca juga: Luhut: 2022, Vaksinasi COVID-19 ketiga paralel di semua provinsi
Oleh karena itu, ujar dia, dibutuhkan kemandirian farmasi dan alat kesehatan melalui transformasi sistem kesehatan, mencakup ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan, dan mengembangkan teknologi, digitalisasi serta bioteknologi.
"Sistem kesehatan Indonesia siap bertransformasi. Kami memiliki enam pilar dan salah satu pilar adalah ketahanan farmasi, alat kesehatan dan bioteknologi, dan itu sudah kami bahas dalam forum (Health Business Gathering) ini," ucapnya.
Menurut dr Dante, hal tersebut dapat diupayakan dengan memperkuat perusahaan farmasi dan perusahaan alat kesehatan serta pengembangan teknologi, digitalisasi dan bioteknologi.
"Ini tentang roadmap ketahanan farmasi dan alat kesehatan. kita harus memiliki vaksin kita sendiri, kita harus memproduksi obat kita sendiri, dan kita harus menggunakan perusahaan fitofarmaka kita sendiri," ujar. Dante.
Strategi yang dilakukan antara lain, untuk vaksin, pemerintah Indonesia akan memproduksinya sebanyak 14 jenis antigen untuk program vaksinasi yang akan digunakan tahun depan. Sementara terkait obat, pemerintah akan memproduksi enam dari 10 bahan baku obat terbesar yang paling sering digunakan.
Baca juga: Dinkes Bali: Perketat pintu masuk cegah varian Omicron
Selanjutnya untuk fitofarmaka, dr Dante mengatakan pemerintah akan mencoba untuk meningkatkan produksi dalam negeri 16 dari 19 perangkat medis yang paling sering digunakan di Indonesia.
Melalui Health Business Gathering 2021 upaya kemandirian farmasi dan alat kesehatan telah dilakukan, di antaranya dengan penandatanganan perjanjian kerja sama dan investasi.
Health Business Gathering diikuti 415 orang peserta, 345 peserta domestik dan 70 peserta internasional dari 15 negara dan 228 peserta daring. Pertemuan itu menghasilkan 48 dokumen yang terdiri dari 12 penandatanganan MoU dan 36 proyek.
Dalam pertemuan itu juga menghasilkan 181 permintaan pertemuan, dan 20 permohonan difasilitasi pertemuan antara "government to government, government to business, dan business to business".
"Kita harus memperkuat kemitraan publik-swasta, tidak hanya untuk mengatasi pandemi, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara luas. Kita juga harus memberdayakan kapasitas penelitian untuk pengembangan dan produksi produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri," ucapnya.