Denpasar (Antara Bali) - Pengamat pariwisata Anak Agung Gede Rai menilai berbagai hotel di Bali akan semakin sulit menaikkan tarif harga kamarnya di tengah berlebihnya jumlah akomodasi wisata di Pulau Dewata.
"Dulu hotel-hotel bisa memberlakukan tambahan biaya saat tingginya jumlah kunjungan (high season). Namun, sekarang tidak ada hotel yang berani seperti itu karena para tamu tentu akan lari pada hotel yang menawarkan harga lebih murah," kata General Manager Bali Masari Villas and Spa itu, di Denpasar, Jumat.
Ia menyampaikan, saat ini jumlah akomodasi hotel di Bali mencapai kisaran 60 ribu sampai 65 ribu. "Dengan melihat kunjungan wisatawan ke daerah kita rata-rata 2,7 juta per tahun apakah bisa mencapai tingkat okupansi sampai 70 persen?" ucapnya mempertanyakan.
Menurut dia, melihat kondisi akomodasi sekarang, jangankan manajemen hotel menaikkan tarif, yang terjadi malah persaingan tidak sehat dan perang tarif.
"Padahal untuk normal pengoperasian, hotel baru bisa mencapai keseimbangan biaya dan pendapatan (break even point/BEP) dengan tingkat okupansi 65 sampai 75 persen. Di bawah 60 persen, hotel akan megap-megap, saya sudah lama bekerja di hotel, jadi saya tahu bagaimana luar biasa susahnya pihak hotel mengembalikan nilai investasi," ujar pria yang sudah 40 tahun berkecimpung di dunia pariwisata itu.(LHS/IGT/T007)
Tarif Hotel Di Bali Sulit Naik
Jumat, 20 Juli 2012 16:34 WIB