Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tingginya permintaan buah-buahan pada masa pandemi COVID-19 menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk meraih pasar ekspor.
“Dalam masa pandemi COVID-19 ini, permintaan buah-buahan dari dalam negeri maupun luar negeri meningkat cukup besar. Hal ini menjadi peluang yang besar bagi pelaku usaha dan petani buah-buahan untuk dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri,” kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Menko Airlangga menyampaikan bahwa sektor pertanian sebagai sektor terbesar kedua setelah industri pengolahan, resilien dan tetap konsisten tumbuh selama masa pandemi COVID-19.
“Pada triwulan II-2021 sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 0,38 persen sehingga mampu memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam perekonomian,” ujarnya.
Baca juga: Menko Airlangga: Kerjasama itu kunci pemulihan ekonomi nasional
Ia menyampaikan hortikultura menjadi salah satu subsektor pertanian yang dapat berpotensi untuk didorong dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional dan bahkan mampu meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Pada 2020, ekspor hortikultura meningkat sebesar 37,75 persen (yoy) atau senilai 645,48 juta dolar AS.
“Peningkatan ekspor ini didominasi oleh komoditas buah-buahan di mana selama masa pandemi COVID-19 nilai realisasi ekspor buah-buahan tercatat sebesar 389,9 juta dolar AS atau meningkat 30,31 persen dibanding tahun 2019 dengan lima negara tujuan utama ekspor yaitu China, Hongkong, Malaysia, Arab Saudi, dan Pakistan,” tuturnya.
Pada Minggu (29/8) ekspor perdana dengan feeder khusus dilakukan di Pelabuhan Panjang, Provinsi Lampung. PT Great Giant Pinnaple yang mendorong korporasi petani melalui kemitraan dengan pola Creating Shared Value, secara rutin akan melakukan ekspor canned pineapple dengan sejumlah 350 TEUs atau setara dengan 6.300 ton per minggu melalui rute Panjang-Singapura dengan tujuan akhir ke Amerika dan Eropa.
Baca juga: Menko Airlangga : Gelar Buah Nusantara jadi kebangkitan komoditas buah
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan bahwa dengan mulai menggeliatnya aktivitas ekonomi di beberapa negara mengakibatkan tingginya biaya freight, terbatasnya jumlah kontainer kosong, hingga kelangkaan equipment dan space di kapal. Hal tersebut terjadi akibat infrastruktur pelabuhan masih berupaya untuk mengantisipasi kenaikan mendadak permintaan angkutan laut.
Menurutnya, kolaborasi bisnis yang dapat memperluas jaringan usaha juga dapat memberikan perubahan positif karena secara tidak langsung akan memaksa pelaku bisnis untuk keluar dari zona nyaman bisnis ke arah perubahan yang lebih baik.
Kolaborasi antara PT Great Giant Pinnaple dengan Meratus Line merupakan salah satu solusi yang baik untuk mengatasi kendala-kendala logistik yang ada.
“Saya mengucapkan selamat kepada PT Great Giant Pineapple dan Meratus Samarinda atas kerja sama yang dilakukan sehingga pengiriman ekspor pertanian menjadi lebih lancar dan tentunya akan mendorong berkembangnya perusahaan shipping line nasional yang dapat berkolaborasi dengan perusahaan swasta, mengingat bisnis ekspor di Indonesia 95 persen melalui laut,” ungkapnya.