Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengedukasi dan menyosialisasikan gerakan Cinta Rupiah kepada masyarakat dengan menerbangkan layang-layang terkait gerakan itu di halaman kantor setempat dan selanjutnya akan disebar ke sejumlah objek wisata.
"Rupiah yang selalu dekat dengan masyarakat, sehingga kita menggunakan layang-layang, karena ini digemari dan selalu dekat dengan masyarakat," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Minggu.
Trisno di sela-sela penerbangan perdana layang-layang Cinta, Bangga dan Paham Rupiah di kantor setempat menambahkan, kegiatan tersebut juga sekaligus untuk memperingati HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia dan HUT ke-68 Bank Indonesia.
"Bank Indonesia, senantiasa mendorong masyarakat untuk selalu cinta Rupiah dengan mengenali dan merawatnya, serta selalu bangga Rupiah dengan mencantumkan harga barang/jasa hanya dalam Rupiah," ujarnya.
Selain itu, agar tidak bertransaksi menggunakan mata uang asing, kecuali yang diatur dalam ketentuan yang berlaku, serta selalu paham Rupiah dengan hemat dan bijak dalam menggunakan Rupiah.
Layang-layang berukuran 4x3 meter yang diterbangkan itu menggunakan latar belakang gambar binatang badak, burung garuda dan burung Cendrawasih.
"Badak melambangkan tema Cinta Rupiah, karena Badak merupakan salah satu identitas satwa yang dimiliki oleh Indonesia yang perlu kita jaga dan cintai bersama, sebagaimana Rupiah menjadi salah satu identitas persatuan Bangsa Indonesia, yang harus kita jaga bersama," kata Trisno.
Sedangkan pencantuman Burung Garuda melambangkan simbol negara yang harus dibanggakan oleh seluruh masyarakat. Demikian pula, Rupiah juga menjadi simbol kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia.
Burung Cendrawasih dengan mata yang tajam menunjukkan bahwa Rupiah selalu diharapkan untuk selalu mampu menjaga stabilitas nilai Rupiah sehingga selain berfungsi sebagai alat tukar juga berfungsi sebai alat investasi atau penyimpan nilai.
"Layang layang dipilih sebagai sarana edukasi bagi masyarakat karena selain dekat dengan masyarakat, juga merupakan ciri khas budaya lokal. Setip," katanya.
Hal ini, lanjut Trisno, sangat sesuai dengan masa pandemi COVID-19 dan masa PPKM Darurat yang mewajibkan kita untuk selalu menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
BI Bali terbangkan layang-layang "Cinta Rupiah"
Minggu, 25 Juli 2021 20:15 WIB