Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Kepiawaian dan karisma di atas pentas yang dimiliki, modal bagi sosok pria berpenampilan sederhana itu terbang ke Jepang untuk lawatan pementasan kesenian Bali bersama duta seni Kabupaten Karangasem, Bali.
Lawatannya ke Jepang itu dilakukan pada tahun 1997 untuk memperkuat tim kesenian Bali yang diwakili Kabupaten Karangasem mengadakan pementasan ke negeri Matahari Terbit.
I Wayan Cenik Wijana (56), seniman serba bisa kelahiran Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, 31 Desember 1956 itu sejak usia kanak-kanak umur sepuluh tahun, mulai menyenangi tabuh dan tari Bali.
Berasal dari keturunan keluarga seniman, sosok yang akrab disapa Yan Nik itu ketika masih kanak-kanak ikut-ikutan latihan menabuh dan menari. Bahkan pada usia 12 tahun ikut menjadi sekaa angklung di desanya.
Dengan mengikuti latihan secara intensif tiga tahun kemudian bergabung dengan sekaa gong kebyar, menyusul kemudian belajar gender wayang dan gambong, salah satu jenis kesenian yang tergolong langka.
Cenik Wijaya meskipun hanya seorang diri dari kalangan anak-anak saat itu tidak merasa malu tampil di hadapan umum yang berpasangan dengan orang dewasa.
Dengan keterampilan memainkan instrumen musik tradisional Bali, memantapkan dirinya untuk bergabung dengan sekaa kesenian yang umumnya orang dewasa untuk mengikuti lomba angklung di tingkat Kabupaten Karangasem.
Selain itu juga pernah memperkuat sekaa kesenian gong kebyar di Desa Duda untuk mengikuti lomba gong kebyar di tingkat Kabupaten Karangsem. Berselang setahun kemudian memperkuat duta seni Kabupaten Karangasem dalam lomba gong kebyar ke Pesta Kesenian Bali.
Saat itu sekaanya keluar sebagai juara III tingkat Provinsi Bali. Selain itu juga pernah mengikuti lomba tari jauk tingkat Provinsi Bali dan sering pentas untuk kelengkapan kegiatan ritual di sejumlah pura di Bali timur.
Tampil di Taman Mini
Suami dari Ni Nyoman Suweca itu juga pernah mendapat kepercayaan sebagai peserta Festival tari Nusantara tingkat nasional di Jakarta tahun 1994. Selain itu memperkuat duta seni Karangasem dalam pentas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta tahun 2011.
Sosok pria yang kesehariannya tampil sederhana dan terkesan pendiam itu , pembawaan itu akan berubah total tat kala tampil sebagai seniman panggung di atas pentas.
Seniman serba bisa, namun yang lebih menonjol sebagai seniman tabuh, sanggup memainkan instrumen musik dengan sempurna.
Berkat kepiawaiannya itulah Wayan Cenik sering dipercaya memperkuat tim kesenian Karangasem untuk mengadakan lawatan ke tingkat kabupaten, Provinsi Bali, nasional, bahkan internasional.
Ia dikenal masyarakat lingkungannya sebagai seniman serba bisa dan sangat pemurah, karena dengan senang hati melatih anak-anak muda dan mereka yang berminat mendalami tabuh dan tari Bali.
Tidak terbilang entah berapa ratus kader penerus penari dan penabuh gamelan Bali lahir dari sentuhan tangan terampil I Wayan Cenik Wijana. Meskipun usianya menginjak 56 tahun kesehatan fisiknya masih prima.
Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdiannya itu sosok I Wayan Cenik Wijaya kini masuk nominasi menerima penghargaan pengabdi seni bertepatan dengan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIV tahun 2012.
Menurut Kasi Perfilman dan Perizin pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh yang juga panitia PKB sosok Wayan Cenik Wijana telah diunggulkan oleh tim yang melakukan seleksi terhadap seniman yang diusulkan dari delapan kabupaten dan kota di Bali.
Tim yang melakukan seleksi beranggotakan utusan dari instansi terkait di Bali untuk menetapkan seniman usulan dari kabupaten/Kota yang pantas menerima penghargaan pengabdi seni.
Hal itu didasarkan atas prestasi, dedikasi dan pengabdiannya secara terus menerus tanpa putusasa, sehingga seni budaya Bali tetap eksis dan kokoh di tengah era globalisasi, sekaligus menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Pulau Dewata.
Pemprov Bali selama 34 tahun pelaksanaan PKB telah memberikan penghargaan kepada 381 seniman, termasuk sembilan orang yang akan diberikan dalam pelaksanaan PKB kali ini.
Lewat pemberian penghargaan itu diharapkan mampu lebih memotivasi seniman dalam menghasilkan karya-karya yang terbaik, sekaligus mewariskan keahlian yang diwiliki itu kepada generasi mendatang, dengan harapan seni budaya Bali tetap lestari dan eksis, harap Wayan Dauh.(IGT)