Singaraja (Antara Bali) - Unjuk rasa mahasiswa menolak rencana kenaikan harga BBM di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Kamis, terbagi menjadi dua kelompok.
Mahasiswa dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dipimpin Ketua BEM, Ari Anggara, lebih memilih berdialog dengan anggota dan pimpinan DPRD Kabupaten Buleleng.
Sementara mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Forum Pemuda Peduli Rakyat (Fopera) melakukan "long march" sambil berorasi dari Taman Kota Singaraja menuju gedung DPRD Buleleng.
Ari Anggara dan kawan-kawan dari Undiksha memilh berdiskusi dengan Ketua DPRD Dewa Nyoman Sukrawan. Mereka meminta agar Dewan meneruskan aspirasi penolakan kenaikan harga BBM itu kepada pemerintah provinsi dan pusat.
"Kami memilih jalan berdiskusi dahulu dan tak ingin terjebak dalam situasi politik dukung-mendukung. Mungkin cara kami dianggap kekanak-kanakan karena tidak sama dengan mahasiswa yang gembar-gembor turun ke jalan," katanya.
Sementara itu, Fopera memulai aksinya dari Taman Kota Singaraja dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Tepat di depan kantor Pemkab Buleleng, mereka bertemu sejumlah elemen mahasiswa Himpunan Mahsiswa Islam (HMI), IMBIPU, HIPMAL, dan Mapala.
Dalam orasinya Juliadi selaku koordinator lapangan menyatakan bahwa kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM lebih berpihak kepada kaum kapitalis.
"Jika pemerintah sudah tahu kebijakan menaikkan harga BBM akan menyusahkan rakyat dan jumlah uang yang dihemat akan habis untuk kompensasi kepada rakyat, lalu sebenarnya untuk kepentingan siapa kebijakan menaikkan harga BBM itu?" katanya.(MDE/T007)