Denpasar (ANTARA) - Sekitar 50 persen pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) wilayah Bali masih berproduksi selama pandemi COVID-19, ujar Ketua Umum BPD Hipmi Bali, I Gusti Nyoman Darmaputra.
“Ya sekitar 50 persen masih berproduksi tapi menurun dan kalau dari segi omset memang rata-rata di atas 50 persen turunnya. Kalau di HIPMI Bali 250 anggota yang masih bertahan untuk berproduksi dan masih beroperasi. Kita masih syukuri lah berusaha dan enggak tutup total biar bisa tetap ada feedback ke karyawan,” kata Darmaputra saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat.
Ia menjelaskan untuk kerugian juga terlihat dari segi omset yang menurun hingga 70 persen. Hal tersebut dirasakan ada dari bidang kuliner, garmen dan beberapa usaha lainnya yang juga mengalami penurunan.
Baca juga: HIPMI Bali: Industri kreatif berpotensi bantu perekonomian
Baca juga: Wagub Bali minta Festival Hipmi wadahi pelaku usaha kecil
“Sedikit terbantu dengan Ojol tapi tidak secara signifikan terbantu seperti sebelumnya jadi sekarang itu survive dulu sampai melewati tahap ini,”ucapnya.
Ia menambahkan bahwa beberapa tempat usaha juga sudah menerapkan sistem produksi secara online untuk meminimalisir adanya pertemuan dengan orang banyak.
“Kita arahkan formatnya berubah dan memang sudah ada yang produksi secara online. Untuk menjalankan usaha di saat pandemi COVID-19 ini, kita menekankan beberapa hal ke teman-teman. Karena memang masih ada yang bisa buka usaha dan memang dari kategori usahanya ada yang memang harus tutup sama sekali,”katanya.
Ia mengatakan beberapa pengusaha muda di HIPMI Bali juga sudah ada yang mengalihkan usahanya. Salah satunya pengusaha wine merubah bidang usahanya dengan produksi hand sanitizer, pengusaha garmen kebaya Bali beralih memproduksi masker.
“Memang kita pengusaha kan harus kreatif ya apa saja harus bisa jadi bahan usaha dan apa yang dicari harus ada. Ada juga yang beralih ke alat kesehatan jadi ikut mengimpor dan kita punya tempat akses untuk mengimpor banyak dan rata-rata semua bergeser yang peminatnya banyak dan aksesnya juga banyak ya,”katanya.
Terkait dengan pembatasan karyawan, pihaknya mengatakan untuk beberapa usaha yang langsung terdampak akibat virus corong ini, itu ada di bidang kuliner, hotel, dan agen pariwisata sudah dilakukan pembatasan karyawan.
"Sebagai usahawan di saat seperti saat ini jika memang tidak bisa berproduksi maka bisa dimulai dengan pengurangan biaya operasionalnya terlebih dulu, agar bisa bertahan selanjutnya," katanya.
50 persen pengusaha Bali masih berproduksi selama COVID-19
Jumat, 17 April 2020 15:23 WIB