Mengwi (Antara Bali) - Meski kondisi hujan, tradisi "mekotekan" yang dipercaya sebagai penolak bala masih tetap dilakukan oleh warga Desa Munggu, Mengwi, Kabupaten Badung setiap hari raya Kuningan umat Hindu Bali yang jatuh pada Sabtu (11/2).
Bendesa Adat (kepala desa adat) Munggu, Mengwi I Ketut Kormi, mengatakan, tradisi makotek merupakan tradisi untuk memperingati kemenangan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan dari Banyuwangi pada masa itu.
Tradisi ini disebut makotek lantaran berawal dari suara kayu-kayu yang saling bertabrakan ketika kayu-kayu tersebut disatukan menjadi bentuk gunung yang menyudut keatas.
"Kayu-kayu yang digabung jadi satu itu kemudian menimbulkan bunyi, dan bunyinya tek.. tek.. tek.. sehingga disebut mekotek. Sebenarnya dulu tradisi ini bernama grebek yang artinya saling dorong," jelasnya.
Dalam tradisinya, perang makotek ini dilakukan oleh sekitar ratusan kaum laki-laki yang berasal dari Desa Munggu. Mereka rata-rata berumur 13 hingga 60 tahun.
"Atraksi ini pun ada pantangannya. Peserta yang ikut tidak boleh ada yang keluarganya sedang meninggal, dan istrinya melahirkan," ujarnya. (PWD/IGT)