Jakarta (ANTARA) - Fenomena perang dagang yang sedang terjadi antara Amerika Serikat dan China diperkirakan bisa mempengaruhi jumlah wisatawan terutama dari China yang akan berkunjung ke pulau Bali.
"Perang dagang yang secara tidak langsung menekan jumlah kedatangan wisatawan China ke Bali," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, perang dagang bisa saja menekan jumlah turis China antara lain karena fenomena perekonomian tersebut juga bisa berdampak kepada tingkat daya beli masyarakat China yang menurun.
Selain perang dagang, Ferry juga mengingatkan bahwa kinerja sektor pariwisata ke Pulau Dewata juga bisa dipengaruhi oleh harga tiket pesawat, terutama untuk wisatawan domestik.
Baca juga: Industri otomotif dunia kehilangan 700 miliar euro karena kebijakan Amerika
Namun, ujar dia, Indonesia memiliki keunggulan antara lain dalam kesiapan teknologi seperti untuk memesan reservasi hotel, serta Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat harga yang cukup kompetitif.
Sebelumnya diwartakan, pengusaha hotel, restoran, dan ritel di Bali akan menawarkan diskon besar-besaran mulai Oktober 2019 sebagai bagian dari program "Great Bali Xperience 2019" untuk mengakselerasi kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.
Ketua Umum Masyarakat Sadar Pariwisata Panca R Sarungu mengatakan setiap tahun ada beberapa pola low season kunjungan wisatawan ke Bali. Namun, selama ini tidak banyak yang bisa dilakukan kalangan industri.
"Padahal sebenarnya banyak hal yang dilakukan dengan kolaborasi industri-industri di Bali. Bagaimana kita bersama-sama mau melepas ego dan berkontribusi untuk mendorong pariwisata," ucapnya.
Panca mengingatkan betapa besarnya multiplier effect dari sektor pariwisata bagi sektor lainnya. Seperti yang diakui pengusaha ritel bahwa kenaikan atau penurunan okupansi hotel, telah berdampak pada spending atau tingkat pengeluaran masyarakat.
"Kalau okupansi bagus pada kuartal ketiga, pengeluaran masyarakat di kuartal keempat juga meningkat. Tetapi kalau okupansi pada kuartal keempat menurun, spend pada kuartal pertama tahun berikutnya juga menurun. Karena kebanyakan masyarakat Bali memang mendapatkan penghasilan dari sektor pariwisata," ujarnya pada acara yang dihadiri kalangan industri pariwisata, restoran dan ritel itu.