Jakarta (ANTARA) - Capaian petenis Jepang, Takashi Saito (24), yang mampu melaju ke babak semifinal dalam turnamen Combiphar Tennis Open 2019 harus menjadi inspirasi bagi para petenis Indonesia.
Saito awalnya merupakan petenis non unggulan dan diprediksi tumbang di tangan Ziaho Xia (Tiongkok) pada babak pertama. Ziaho adalah petenis unggulan teratas dalam ajang tersebut
Namun penampilan apiknya telah menepis segala keraguan yang dialamatkan kepada Saito. Ia mampu mengalahkan Ziaho dengan skor 7-6(5) 6-3.
"Apa yang diraih Takashi Saito bisa menjadi pelajaran bagi petenis Indonesia karena peringkatnya juga yang tidak terlalu jauh dari andalan Merah Putih, David Agung Susanto," ujar Direktur Turnamen Combiphar Tennis Open 2019, Susan Soebakti, dalam keterangan resminya, Jumat.
Saito merupakan petenis peringkat tunggal ITF ke-600. Pada babak delapan besar Jumat, ia berhasil mengalahkan sesama petenis asal Jepang, Soichiro Moritani, dengan rubber set 6-2 4-6 6-0.
Baca juga: Christo Rungkat, Jakarta dan hilangnya kompleks tenis bersejarah
Baca juga: Indonesia perlu belajar soal dukungan petenis ke Taiwan
"Status sebagai petenis non unggulan justru lebih memacu semangat Saito untuk menunjukan penampilan terbaik dan ini perlu dicontoh," katanya.
Dengan hasil ini, dia berhak melaju ke babak semifinal melawan petenis non-seeded lainnya Vladyslav Orlov (Ukraina).
Orlov yang merupakan petenis berperingkat tunggal ITF ke-265 itu, berhasil menumbangkan Manish Sureskumar 3-6 6-1 6-2.
Di partai lainnya pada Sabtu (10/8), akan mempertemukan petenis unggulan, Kuan Yi Lee yang berposisi Seeded ketiga meladeni unggulan ketujuh, Emiliano Maggioli (Italia).
Partai lain akan menyajikan babak final nomor ganda beda negara antara Luca Castelnuovo (Swiss)/Rhett Purcell (Selandia Baru) melawan Dusty H. Boyer (Amerika Serikat)/Park Long Yeung (Hongkong).