Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mengingatkan perajin yang menjadi peserta pameran dalam ajang Pesta Kesenian Bali 2019 agar senantiasa menjaga nama baik ajang seni tahunan terbesar di Pulau Dewata itu.
"Dengan digratiskannya stan untuk UMKM di arena PKB 2019, saya minta semua peserta tetap menjaga ketertiban dan disiplin. Jaga nama baik PKB dan Bali secara umum agar tetap mulia dan kondusif, bersih dan rapi," kata Koster saat memberi pengarahan dan tatap muka dengan peserta pameran ajang PKB 2019, di Denpasar, Minggu.
PKB ke-41 yang berlangsung dari 15 Juni-13 Juli itu menjadi istimewa karena Gubernur Bali mengambil kebijakan untuk menggratiskan ratusan stan, baik yang dibangun permanen maupun tenda-tenda yang didirikan di arena PKB yang rutin digelar setiap tahun di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.
Gubernur yang dikenal sebagai penggagas cukup banyak ketentuan atau peraturan yang berlaku di daerahnya itu, mengatakan kebijakan menggratiskan stan pameran tersebut dimaksudkan untuk memberi dukungan penuh dan mendorog kemajuan UMKM lokal dan ekonomi kreatif yang mulai tumbuh di Bumi Dewata.
"Saya minta seluruh warga masyarakat, terlebih bagi mereka yang terlibat di PKB, untuk selalu dapat menjaga sikap guyub dan kompak semuanya. Dengan demikian, citra PKB akan bisa semakin baik lagi ke depannya," kata Koster.
Menurut dia, kebersamaan antara perajin dan UMKM sangat penting. "Posisi stannya akan diundi dan jangan sampai ada ribut-ribut sesama saudara sendiri," ujarnya.
Ke depan, lanjut Koster, pihaknya akan terus berupaya memperbaiki gelaran PKB, sehingga pada gilirannya akan menjadi semakin baik. Salah satunya, memperbaiki bentuk kebijakan yang nantinya semakin banyak dapat mengakomodasi UMKM lokal Bali.
"Format ke depan agar lebih banyak yang bisa ikut pameran, semuanya kebagian. Ini tentu melalui seleksi yang baik pula," katanya.
Mengenai stan pameran yang selama ini disewakan di arena PKB, Gubernur Koster menganggap pemasukan dari penyewaan tersebut sesungguhnya sangat kecil. "Saya hitung tak sampai Rp2 miliar. Jadi menurut saya, PKB ini bukan tempat untuk mencari uang, apalagi jika yang dibebankan adalah para peserta UMKM di Bali," katanya.
Gubernur mengaku sudah dari dulu berniat untuk menggratiskan stan di PKB bagi perajin yang berasal dari UMKM tersebut.
"Untuk itu ketika saya terpilih, langsung saya buatkan payung hukum yang mengatur, yakni peraturan gubernur baru agar bebas dari pungutan. Jangan pernah ragu-ragu menolong orang kecil," katanya.
Peserta pameran juga diimbau agar aktif membuka jaringan baru untuk memajukan usahanya.
"Nanti kami akan bantu semua perajin di Bali dalam membuka jaringan dan pasar, akses keluar daerah hingga ke negara lain, termasuk juga dengan membuat rumah desain industri kreatif branding Bali. Kami fasilitasi gratis," katanya.
Gubernur menyatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan dialog tentang apa-apa saja yang jadi kendala UMKM di Bali.
Bahan baku, modal, pemasaran, atau apapun, akan dicarikan jalan keluarnya, yang semuanya diharapkan untuk memajukan dan menumbuhkan kekuatan ekonomi kerakyatan di Bali.
Menurut Koster, PKB 2019 betul-betul hendaknya dapat diisi dengan materi yang baru, yang secara umum akan lebih mengedepankan "sekaa sebun" dan seni tradisi Bali yang ada di desa-desa adat.
"Silakan nanti lihat pawai pembukaannya, pasti akan beda suasananya. Begitu pula dengan materi seni yang dilombakan, akan banyak pembaharuan. Kita doakan bersama agar Bapak Presiden Jokowi bisa hadir langsung di arena PKB," katanya.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koster dalam arahannya menginginkan adanya usaha dari perajin yang lebih mandiri dengan mengangkat industri lokal.
"Misalnya di bidang sandang, sekarang berkembang motif-motif dengan teknik bordir yang hampir mirip dengan hasil tenunan songket asli, harganya juga lebih murah. Namun jika keterusan, saya khawatirkan penenun-penenun kita akan punah karena yang lebih laku adalah yang bordir, karena lebih murah," ujar istri Gubernur Bali Wayan Koster ini.
Kepada perajin, dia mengharapkan tetap dapat melestarikan motif-motif kain warisan leluhur untuk diangkat dan dikonstruksikan kembali. Dengan demikian, motif-motif tradisi akan tetap hidup dan lestari, terlebih bila didukung dengan bahan-bahan yang berkualitas tinggi.
"Kita tidak bisa membendung serbuan produk luar, namun kita minimal bisa menjaga dan mempertahankan idealisme kita terhadap produk desain lokal. Mari kita timbulkan kebanggaan terhadap produk kita," kata wanita yang juga dikenal sebagai pegiat seni tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan, penjaringan peserta yang akan mengikuti pameran diawali dengan sosialisasi ke kabupaten/kota se-Bali, yang kemudian penjaringannya dilakukan oleh masing-masing Dinas Perindag.
"Jadi yang berhak mengikuti pameran ke tingkat provinsi, ialah yang dari hasil rekomendasi kabupaten/kota," ujarnya.
Mengingat banyaknya peminat yang ingin ikut berpameran, maka barang-barang yang akan dipamerkan itu harus memiliki kualifikasi tertentu, sehingga, tidak semua barang bisa dipamerkan.
"Karena namanya Pesta Kesenian Bali, tentu barang-barang yang dipamerkan itu asli produk Bali, bukan dari luar Bali,” ujarnya seraya menambahkan, produk-produk yang dipamerkan itu telah dikurasi oleh tim dari ISI Denpasar.
Senada dengan Gubernur, Astawa kembali menegaskan bahwa peserta pameran tidak membayar apa-apa, alias gratis untuk bisa menjadi peserta.
"Ini sekaligus sebagai ciri bahwa Pemerintah Provinsi Bali mendukung perkembangan dan kemajuan UKM lokal Bali agar industri ini bisa meroket ke depannya," katanya.
Ia menyebutkan, pameran PKB tahun ini akan diikuti oleh 304 peserta, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 215 peserta.
"Dengan kebijakan baru ini kami harapkan bisa meningkatkan kerukunan dan keharmonisan antarpelaku UKM sesuai dengan visi 'Nangun Sat Kerthi loka Bali' melalui program pembangunan semesta berencana menuju Bali era Baru," ujar Astawa.
Gubernur ingatkan perajin jaga nama baik PKB
Minggu, 9 Juni 2019 16:27 WIB