Denpasar (ANTARA) - Sejumlah umat Muslim melakukan tradisi ziarah kubur menjelang Ramadhan 1440 Hijriah di Pemakaman Muslim Maruti, Wanasari, Kota Denpasar, Bali.
"Saya bersama keluarga memang rutin melakukan ziarah kubur setiap menjelang hari-hari besar Islam, seperti Bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri serta Idul Adha," ujar Abdillah, seorang warga asal Denpasar yang melakukan ziarah di Denpasar, Minggu.
Dalam tradisi itu, ia mengajak istri dan anaknya untuk berziarah dan berdoa di makam ayah dan sejumlah keluarganya yang dimakamkan di pemakaman tersebut.
"Sebagai orang tua, saya wajib menanamkan sejak dini terhadap anak saya untuk lebih mengenal agamanya, termasuk mengenal tradisi ziarah ini. Sekaligus saya juga memberikan penjelasan tentang leluhurnya juga,'' kata dia.
Wakil Ketua Yayasan Pemakaman Muslim Wanasari Maruti 13, Sumartono, mengatakan tradisi ziarah kubur menjelang Ramadhan di wilayah itu sudah mulai dilakukan warga sejak awal Mei.
"Untuk jumlah peziarahnya kami tidak menghitung. Tapi semakin mendekati puasa akan semakin ramai dan memang paling ramainya ya hari ini pas satu hari sebelum Ramadhan," katanya.
Banyaknya warga yang melakukan ziarah kubur menjelang Ramadhan dimanfaatkan oleh sejumlah warga sekitar, termasuk anak-anak, untuk mendapatkan keuntungan dengan menjadi pembersih makam dan penjual bunga tabur secara musiman.
"Dari satu orang saya biasanya diberi Rp2 ribu-Rp5 ribu karena membersihkan makam. Ya lumayan kalau ramai seperti ini bisa dapat Rp50 ribu sehari," ujar Fahmi, seorang anak yang memanfaatkan kesempatan itu dengan membantu peziarah untuk membersihkan makam.
Rukyatul Hilal
Kegiatan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1440 Hijriah yang dilakukan di kawasan Pantai Jerman, Kuta, Badung, Bali, tidak dapat mengamati hilal akibat kondisi cuaca yang tertutup awan.
"Karena cuaca yang tidak mendukung, Hilal tidak dapat teramati dari kawasan ini," ujar Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama Provinsi Bali, Nur Hamid.
Dalam rukyatul hilal tersebut, petugas dari Kanwil Kemenag Bali, BMKG, Pengadilan Agama Denpasar dan Badung, MUI, serta sejumlah ormas Islam di Bali melakukan pengamatan selama 26 menit, dimulai pada pukul 18.09 sampai 18.35 Wita
"Kami sebenarnya sudah mempersiapkan untuk melakukan sumpah apabila hilal dapat terlihat. Namun, karena berdasarkan pengamatan di lokasi hilal tidak dapat terlihat, maka kami telah melaporkan hasil pengamatan ini kepada Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam di Jakarta," katanya.
Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Iman Fatchrohman, mengatakan hilal tidak dapat terlihat dari kawasan itu karena kondisi cuaca yang tertutup awan.
"Kami juga melakukan pengamatan hilal di rooftop kantor kami, laporan dari petugas yang melakukan pengamatan di sana, Hilal juga tidak dapat teramati karena tertutup awan," katanya.
Kementerian Agama menetapkan awal puasa 1440 Hijriah/ 2019 Masehi jatuh pada Senin (6/5), setelah melakukan sidang isbat yang diikuti perwakilan ormas, ahli astronomi, tamu undangan, dan lainnya di Jakarta.
Berdasarkan pantauan ANTARA di Denpasar, umat Muslim sudah menjalankan shalat tarawih pertama di sejumlah masjid yang tersebar di wilayah tersebut, Minggu malam, sebelum menjalankan ibadah puasa mulai Senin (6/5).