"Angka tersebut diantaranya berasal dari investasi konstruksi dari 2017 sampai 2018 sebesar Rp3,05 triliun dan pengeluaran peserta baik mancanegara maupun domestik senilai Rp582 miliar di 2018," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro saat jumpa pers di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa.
Pemerintah mengklaim, pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 yang telah sukses diadakan, memberikan berbagai dampak positif bagi Indonesia. Delegasi resmi yang datang pada pertemuan tersebut merupakan jumlah delegasi terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 di luar Washington DC.
Lebih dari 50 persen peserta tidak akan datang ke Bali jika tidak ada Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, sehingga pertemuan ini telah mendatangkan wisatawan yang awalnya tidak memiliki rencana datang ke Indonesia. Kesuksesan juga ditunjukkan oleh penilaian peserta yang menyatakan puas atau sangat puas pada semua aspek khususnya aspek keramahan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Bappenas dan LPEM FEB UI, sebanyak 76 persen responden peserta pertemuan dari mancanegara memiliki keinginan untuk berkunjung kembali ke Indonesia. Dalam hal promosi pariwisata, sebesar 95 persen dari peserta mancangera akan merekomendasikan Indonesia sebagai tujuan wisata kepada teman, keluarga, dan kolega di negara asalnya. Keberhasilan dalam menyelenggarakan acara dan memberikan kesan baik kepada peserta dapat meningkatkan potensi pariwisata di Indonesia.
Dampak jangka panjang yang dirasakan oleh Indonesia sebagai tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 berupa dampak berwujud (tangible) serta dampak tidak berwujud (Intangible). Selama Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, Indonesia berhasil membuat kesepakatan investasi dengan berbagai investor dari luar negeri.
Sebanyak 14 BUMN berhasil menandatangani perjanjian kerjasama investasi dengan total nilai kesepakatan mencapai Rp202 Triliun. PINA Center Bappenas juga berhasil memfasilitasi kerjasama investasi dengan total nilai Rp47 Triliun pada saat Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 berlangsung. Dampak yang juga sangat penting adalah kemampuan Indonesia untuk berperan di dalam forum internasional.
Pasca pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, Kementerian PPN/Bappenas merampungkan studi "Dampak Ekonomi Pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018" yang dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai metode analisis. Survei lapangan telah dilakukan yang terdiri dari 1297 responden peserta pertemuan dan 401 entitas bisnis di Bali. Studi ini turut menelaah dampak Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 secara lebih mendalam dengan melakukan studi kasus terhadap Toko Oleh-oleh Krisna dan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana.
Hasil survei Bappenas dan LPEM FEB UI menunjukan pengeluaran peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 sebagian besar dialokasikan untuk akomodasi, makanan minuman, dan kriya tangan dengan total pengeluaran sebesar Rp341 Miliar untuk peserta mancanegara dan Rp241 Miliar untuk peserta domestik. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata lama tinggal selama tujuh hari baik peserta mancanegara maupun peserta domestik.
Selama periode 2017-2018, Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,01 persen. Pertemuan Tahunan IMF-WB juga menciptakan lapangan kerja bagi 22,300 orang di Bali serta meningkatkan upah riil sebesar 0,7 persen. Sedangkan pada Provinsi Bali, Pertemuan Tahunan IMF-WB berkontribusi memberikan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41 persen dari pertumbuhan "baseline". Efek pengganda Output Perekonomian Provinsi Bali tahun 2017-2018 adalah sebesar Rp2,7 Triliun.
Analisis peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB dengan menggunakan Mobile Positioning Data (MPD) yang dilakukan Kementerian PPN/Bappenas bekerjasama dengan Telkomsel, BPS, dan Positium, mencatat peserta yang berasal dari Amerika Serikat adalah peserta terbanyak. Peserta dengan waktu tinggal terlama adalah peserta yang berasal dari negara yang berlokasi cukup jauh dari Indonesia, seperti Italia, Luksemburg, dan Irlandia. DKI Jakarta merupakan tempat yang terbanyak dikunjungi peserta pasca Pertemuan Tahunan IMF-WB, karena terkait dengan tempat transit pesawat untuk "connecting flight".
Baca juga: Indonesia Bersuara Lantang Untuk Kurangi Dampak Ketidakpastian Ekonomi Global
Dari hasil studi kasus yang dilakukan, Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 berpengaruh terhadap Toko Oleh-oleh Krisna dan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana. Pada Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 dibulan Oktober, Toko Oleh-oleh Krisna mengalami peningkatan keuntungan dan kunjungan dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan keuntungan Krisna juga dapat mempengaruhi UKM-UKM "supplier"-nya yang mencapai 367 UKM. Peningkatan keuntungan juga dirasakan supplier camilan UKM Kacang Sinta yaitu sebesar 27 persen. Percepatan penyelesaian pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan keputusan yang tepat, karena ternyata patung GWK menjadi ikon budaya yang terasa gaungnya selama Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018.
(AL)