Denpasar (Antaranews Bali) - Real Estat Indonesia (REI) Bali merancang rumah susun yang menyasar kaum milenial karena kebutuhan hunian masih tinggi khususnya bagi generasi muda dengan menonjolkan desain sesuai ciri khas bangunan Pulau Dewata.
"Mereka cukup berpikiran terbuka dan ada keinginan besar miliki tempat tinggal tetapi selama ini harganya bagi mereka masih belum terjangkau," kata Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, kaum milenial di Bali selama ini kebanyakan tinggal di rumah kos atau mengontrak rumah sehingga sebagian uang yang dikeluarkan per bulan habis hanya untuk membayar sewa.
Sedangkan dengan rumah susun dengan harga yang lebih terjangkau, para pemilik tidak hanya memiliki unit, tetapi juga sekaligus berinvestasi.
Agus menjelaskan hunian vertikal itu merupakan salah satu solusi yang bisa diambil di tengah semakin mahal dan terbatasnya lahan di beberapa daerah di Bali sekaligus meminimalkan alih fungsi lahan.
Ia menyakini rancangan hunian vertikal itu akan disambut baik masyarakat karena sudah melakukan komunikasi dengan unsur pemerintahan dan elemen masyarakat.
Meski demikian, rencana tersebut terbentur beberapa kendala di antaranya adanya peraturan daerah terkait ketinggian bangunan di Bali yang tidak boleh melebihi 15 meter.
Agus menuturkan hunian vertikal masih tetap bisa dibangun dengan mengikuti perda tersebut yakni tidak melebihi 15 meter atau rusun empat hingga lima lantai.
Konsekuensinya, lanjut dia, apabila rusun berketinggian 15 meter, maka harga per unit diperkirakan masih tinggi, termasuk mempertimbangkan lokasi atau daerah rusun itu berdiri.
Ia memberikan asumsi, dengan luasan lahan total sekitar 50 are, diperkirakan harga per unit rusun mencapai kisaran Rp400-450 juta dengan lokasi yang paling cocok dibangun yakni di Denpasar dan Badung.
"Mudah-mudahan harganya masih bisa ditekan dan cicilan per bulan juga tidak berat," katanya. (*)
REI Bali sasar generasi milenial bangun rusun
Sabtu, 10 November 2018 9:10 WIB