Denpasar (Antaranews Bali) - Penyair Wayan Jengki Sunarta segera meluncurkan buku puisi terbaru berjudul "Petualang Sabang" yang berisikan 50 puisi sarat makna, yang mayoritas ditulisnya selama dua bulan berada di Sabang, Aceh.
"Petualang Sabang ini berisi 50 puisi sederhana yang sebagian besar selama saya berada di Sabang, Aceh, pada bulan Oktober dan November 2016. Kemudian, setelah pulang ke Bali, puisi-puisi tersebut saya olah lagi dan baru pada 2018 bisa diwujudkan menjadi sebuah buku utuh," kata Jengki, sastrawan yang telah banyak memperoleh penghargaan sastra tersebut, di Denpasar, Kamis.
Petualang Sabang (Pustaka Ekspresi, 2018) itu akan diluncurkan Jumat (12/10), jam 19.30 Wita, di Jatijagat Kampung Puisi (JKP-109), Renon, Denpasar. Acara dimeriahkan dengan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan ngobrol puisi.
Kehadiran Jengki di Sabang berkaitan dengan program residensi Sastrawan Berkarya dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Selama di Sabang, Jengki banyak berinteraksi dengan kehidupan masyarakat setempat, alam, dan budayanya. Sebagai orang yang tumbuh dalam kultur berbeda, Jengki mengaku mendapatkan banyak pengalaman menarik ketika berada di Sabang, yang kemudian diolahnya menjadi puisi-puisi sederhana yang sarat renungan.
"Puisi-puisi dalam buku ini lebih bersifat impresi. Memaparkan suasana, kesan, atau gambaran tempat-tempat yang saya kunjungi dan hal-hal yang menarik lainnya. Selain itu, juga menggambarkan perasaan saya selama berada di Sabang," ucapnya.
Buku ini juga dibubuhi ilustrasi menarik berupa sketsa dan grafis dengan teknik cetak cukil kayu yang dikerjakan oleh perupa muda, Nina Fajariyah.
Perupa yang berasal dari Jakarta itu merespon 20-an puisi dalam buku ini untuk memberikan gambaran suasana yang terkandung di dalam puisi. Boleh dikatakan ini menjadi semacam kerja kolaborasi antara penyair dan perupa.
Wayan Jengki Sunarta, lahir di Denpasar, 22 Juni 1975. Lulusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Pernah kuliah Seni Lukis di ISI Denpasar. Menekuni puisi sejak awal 1990-an, kemudian merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa dan terangkum dalam sejumlah buku bersama.
Beberapa karya sastranya meraih penghargaan, antara lain Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung, Cerpen Pilihan Kompas 2004, Cerpen Terbaik Kompas 2004 versi Sastrawan Yogyakarta, Nominator Lomba Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia 2004, Nominator Anugerah Sastra Majalah Horison 2004, Widya Pataka dari Gubernur Bali (2007), Longlist Khatulistiwa Literary Award (2010), Lima Belas Nominasi Sayembara Buku Puisi HPI (2016).
Buku-buku sastranya yang telah terbit adalah: Pada Lingkar Putingmu (bukupop, 2005), Cakra Punarbhawa (Gramedia, 2005), Purnama di Atas Pura (Grasindo, 2005), Impian Usai (Kubu Sastra, 2007), Malam Cinta (bukupop, 2007), Pekarangan Tubuhku (Bejana, 2010), Perempuan yang Mengawini Keris (Jalasutra, 2011), Magening (Kakilangit Kencana, 2015), Montase (Pustaka Ekspresi, 2016), Senandung Sabang (Badan Bahasa, 2017), Montase (diterbitkan ulang oleh Indie Book Corner, 2018), Petualang Sabang (Pustaka Ekspresi, 2018).
Ditengah kesibukannya sebagai penulis, Jengki juga mengelola Jatijagat Kampung Puisi (JKP), sebuah komunitas berkesenian di Denpasar. (WDY)