Kuta (Antaranews Bali) - Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, mengerahkan 2.000 petugas keamanan gabungan untuk memastikan kenyamanan dan kelancaran arus penumpang dan delegasi pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, 8-14 Oktober 2018.
"Personel tersebut akan kami siagakan di posko keamanan terpadu yang beroperasi mulai 1 hingga 21 Oktober 2018," kata General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut Yanus, personel keamanan itu terdiri dari ratusan petugas dari Polri, Paskhas dan Satuan Bravo 90.
Pasukan tersebut juga dibantu petugas rutin dari TNI Angkatan Udara Ngurah Rai, polisi dari Kesatuan Pelaksana Pengawasan Pelabuhan Udara (KP3U) dan "pecalang" atau petugas keamanan desa adat sekitar bandara.
Selain itu pengamanan juga didukung oleh 342 orang personel keamanan bandara (Avsec) yang bertugas dalam empat kali pergantian jam kerja (shift) sehingga total berjumlah 1.368 orang.
Mereka, lanjut Yanus, akan ditempatkan di sejumlah titik, termasuk di posko keamanan terpadu IMF dan Bank Dunia yang disiapkan di ruang publik terminal kedatangan domestik dan area penurunan penumpang atau "drop zone" terminal internasional.
Untuk mematangkan kesiapan pengamanan, sebelumnya telah dilakukan enam kali simulasi atau latihan penanggulangan aksi terorisme dengan melibatkan instansi keamanan mulai TNI, Polri, personel khusus, hingga petugas bandara mulai November 2017 hingga 2 Oktober 2018.
"Tujuannya untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi apabila terjadi peristiwa yang tidak terduga," katanya.
Yanus juga memastikan seluruh fasilitas keamanan di bandara itu sudah 100 persen siap beroperasi.
Peralatan tersebut mulai dari mesin pemindai atau "X-ray", alat pendeteksi logam dan pendeteksi bahan peledak, kendaraan patroli, hingga ratusan kamera pengawas yang semuanya tersebar di terminal domestik dan internasonal.
Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, yang diperkirakan dihadiri sekitar 19 ribu peserta dari 189 negara.
Mereka terdiri dari 23 kepala negara, menteri keuangan, gubernur bank sentral, investor, akademisi, hingga ribuan media. (WDY)