"Tanpa itu, tidak mungkin kita buat perencanaan yang jelas mengenai capaian pembangunan dan pengawasannya. Karena itu statistik penting di lini sosial, ekonomi, maupun lingkungan," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto ketika membuka HSN 2018 di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir banyak bermunculan data-data yang berasal dari berbagai pihak dan tidak bisa ditelusuri konsep metodologinya.
BPS ingin mendorong kegiatan statistik dilakukan sesuai kaidah yang berlaku sesuai dengan konsep dan metodelogi yang baku, sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk menuju ke sana, lanjut Suhatiyanto, seluruh penyelenggara statistik harus berkiblat kepada enam dimensi, yaitu relevansi, akurasi, komparabilitas, aktualitas, tepat waktu, dan aksesibilitas.
Selain itu, BPS juga menegaskan independensinya dalam menangkap fakta di lapangan. Suhariyanto mengatakan BPS tidak bisa menyenangkan semua pihak ketika menyajikan data dan statistik.
"Yang paling penting BPS jujur dan mempertahankan independensinya. Kami menampilkan data inflasi yang baik tetapi juga menampilkan PR (pekerjaan rumah), misalnya neraca perdagangan yang masih defisit," ujar Suhariyanto.
HSN dirayakan 26 September setiap tahun atau bersamaan dengan tanggal ditetapkannya UU Nomor 7 Tahun 1960 yang menggantikan peraturan zaman kolonial. Pada 2018, HSN mengambil tema "Dengan Data Tingkatkan Prestasi Bangsa".
Dalam upaya membangun perstatistikan Indonesia, saat ini BPS sedang menyusun Strategi Nasional Pembangunan Statistik Indonesia (SNPSI) 2020-2024, bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait dan dukungan dari Paris21.
BPS juga memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada Kementerian Keuangan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai mitra terbaik kategori kementerian lembaga dan PT Kereta Api Indonesia sebagai responden terbaik kategori perusahaan. (WDY)