Amlapura (Antara Bali) - Lomba Gerakan Sayang Ibu dan Balita (GSI-B) dan Pengelola Bina Keluarga Balita (BKB), tidak untuk sekadar mencari predikat juara semata, tetapi merupakan satu bagian tradisi masyarakat dalam menyelamatkan ibu hamil, melahirkan dan nifas.
"Lomba Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Balita berguna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak pada pelayanan kesehatan yang ditandai kesigapan petugas dalam menangani masyarakat," kata Kepala Badan Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Bali, dr I Gusti Agung Wisnu Murti, saat melakukan penilaian lomba itu di Amlapura, Kabupaten Karangasem, Senin.
Ia yang juga ketua tim penilai lomba menyebutkan, begitu juga dengan Lomba Pengelola Bina Keluarga Bina Keluarga (BKB), bukan hanya untuk mencari predikat juara semata, tetapi merupakan satu bagian tradisi masyarakat dalam menyelamatkan ibu hamil saat melahirkan.
Dikatakan, anak sebagai tunas bangsa merupakan generasi penerus pembangunan dan cita-cita bangsa menuju masa depan yang lebih cerah.
"Usia anak-anak merupakan saat pertumbuhan mental dan intelektual, dimulai dari masa keemasan usia lima tahun, sebagai momen pembentukan dasar kemampuan keindraan berpikir dan berbicara," katanya.
Untuk itu, menurut dia, Bina Keluarga Balita (BKB) sangat diperlukan sebagai wadah masyarakat meningkatkan pengetahuan kemampuan dan keterampilan.
Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengatakan, Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan kesadaran dan keterampilan ibu dan anggota keluarga dalam mendidik anak sejak usia dini.
"Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin. Tahun ini Kabupaten Karangasem diwakili Kecamatan Karangasem untuk mengikuti lomba di tingkat provinsi," katanya.
Lomba GRSSI-B dan BKB itu tidak dimaksudkan untuk mencari juara semata, tetapi menjadikan sebagai pemacu semangat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, katanya.(**)